PROGRAM IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK
BAB I
PENDAHULUAN
A.
Latar
Belakang Masalah
Pendidikan perlu diberikan kepada anak
sejak usia dini. Pendidikan anak usia dini merupakan tahapan yang paling
fundamental dalam membantu kerangka dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan
anak. Sebagaimana didefinisikan dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem
Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah
suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan
usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk
membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki
kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pemberian rangsangan
pendidikan inilah yang kemudian perlu didesain, dirangsang dan disusun dengan
seksama sehingga menjadi seperangkat pedoman terencana secara sistematik.
Kurikulum Pendidikan anak usia dini
adalah pendidikan yang menitikberatkan pada peletakkan dasar pertumbuhan dan
perkembangan, baik perkembangan fisik dan motorik (motorik halus dan kasar),
kognitif, sosial emosi (sikap dan perilaku), moral agama, dan bahasa, sesuai
dengan keunikan, karakteristik dan tahapan perkembangan anak. Keberhasilanproses pendidikan pada masa
usia dini, menjadi dasar keberhasilan proses pendidikan selanjutnya.
Seperangkat rencana dan pengaturan
mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai
pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan
tertentu disebut Kurikulum.[1]
Konsep sistem pendidikan nasional direalisir melalui kurikulum. Kurikulum
memberi bekal pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada peserta didik.[2]
Kurikulum yang benar akan menghasilkan pengajaran dan kegiatan yang terpadu dan
holistik yang mengarah kepada visi dan visi lembaga pendidikan yang
dicanangkan.[3]
Sebagaimana dikatakan sebelumnya,
kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan
bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan
kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan
tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan
kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidik dan peserta didik.
dikatakan juga oleh Robert. S. Zais bahwa kurikulum adalah sistem sosial yang
berujung pada sebuah rencana untuk pengajaran.[4]
Untuk itu, kurikulum bersifat komprehensif, yaitu kurikulum harus menyediakan
pengalaman belajar yang meningkatkan perkembangan anak secara menyeluruh dalam
berbagai aspek perkembangan.[5]
Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan
penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada didaerah. Pendidikan
merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah.
Oleh karenanya, pendidikan di Indonesia diselenggarakan melalui tiga jalur
pendidikan, yaitu: formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan
jenjang pendidian. Keluarga meruapakan salah satu jalur pendidikan informal
selain lingkungan.
Dalam hal ini, sekolah sebagai satuan
pendidikan memiliki otoritas penuh untuk mendesain program pendidikan yang
disesuaikan dengan karakteristik dan potensial daerah dan dimana sekolah itu
berdiri dan terselenggara. Sebagai lingkungan pendidikan yang teratur dan
terencana, sekolah telah ditata sedemikian rupa sehingga memungkinkan
terjadinya proses pendidikan. Sekolah telah melengkapi dirinya, baik dari
tatanan fisik (ruang kelas, kantor, ruang perpustakaan, laboratorium, dan
lapangan olah raga) maupun dari tatanan non fisik seperti filsafat pendidikan
sekolah, kurikulum, tenaga pendidik, media, sumber belajar dan bahan ajar agar
peserta didik dapat memperoleh penguasaan ragam pengetahuan, keterampilan dan
nilai-nilai.
Dalam proses pembuatan kurikulum, setiap
satuan pendidikan (sekolah) mengacu pada Permendiknas No. 58 tahun 2009.
Standar PAUD yang tetuang dalam Permendiknas inilah dijadukan standar acuan
minimal untuk merancang, menyusun dan melaksanakan kurikulum. Standar acuan
minimal artinya kurikulum bisa diubah dengan menambahkan kajian standar
kompetensinya, memperdalam kajiannya atau bahkan menggradasikannya dengan
model-model pembelajaran yang diyakini tapi tetap harus sesuai dengan
karakteristik dan tahapan perkembangan anak. Fakta pelaksanaan pendidikan di
TK/RA ada tiga ragam kurikulum yang digunakan oleh lembaga pendidikan negeri
maupun swasta. Ketiga ragam kurikulum tersebut adalah kurikulum nasional,
kurikulum nasional dipadukan dengan model pembelajaran, dan kurikulum berciri
khas.
Kurikulum nasioanal adalah kurikulum
yang selama ini dibuat oleh pemerintah. Diantaranya Kurikulum 1968, Kurikulum 1975,
Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004, dan KTSP. Kurikulum ini biasa
disebut sebagai kurikulum konvensional. Konvensional diambil dari kata dasar
“konvensi” yang artinya kesepakatan. Kurikulum seperti ini yakni kurikulum yang
diberlakukan secara nasional diwilayah Negara Republik Indonesia. Dari Sabang
sampai Merauke, lembaga-lembaga sekolah memakai kurikulum pemerintah tersebut
dan mengikuti kesepakatan-kesepakatan didalamnya, termasuk pada Delapan Standar
Nasional Pendidikan, yaitu : (1) Standar Kompetensi Lulusan; (2) Standar Isi;
(3) Standar Proses; (4) Standar Pendidikan; (5) Standar sarana dan Prasarana;
(6) Standar Pengelolaan; (7) Standar Pembiayaan Pendidikan; (8) Standar
Penilaian Pendidikan.
Sekolah-sekolah yang menggunakan kurikulum
nasioanal dipadukan dengan model pembelajaran adalah sekolah yang melaksanakan
pendidikan sesuai dengan aturan kurikulum generik atau nasional, dalam hal ini
lebih dititik beratkan pada standar isi mata pelajarannya. Maksudnya TK/RA
tersebut tetap memakai standar isi yang dibuat oleh pemerintah yang sifatnya
generik (nasional). Namun letak perpaduannya dengan model pembelajaran adalah
dari segi standar proses. TK/RA dengan pola kurikulum ini akan membangun
sendiri standar proses pembelajaran yang mereka sajikan dan kembangkan untuk
anak didiknya haruslah sesuai dengan kajian-kajian model pembelajaran untuk
TK/RA.
Kurikulum berciri khas adalah sebutan
untuk kurikulum yang memang dirancang, diolah, disusun digunakan dan
dikembangkan oleh suatu lembaga pendidikan yang memiliki idealisme tinggi. Artinya,
TK/RA tersebut melaksanakan pendidikan sesuai dengan analisis kurikulum
lembagayang bersangkutan serta acuan model pendidikan untuk sekolah mereka.
TK/RA seperti ini benar-benar merancang kurikulum sendiri yang pastinya terkait
dengan standar isi khususnya pada standar isi mata pelajaran. Mereka akan lebih
idealis dan memiliki standar isi mata pelajaran yang sesuai dengan hasil
analisis perkembangan anak. Bahkan standar kompetensi lulusannya pun telah
dirancang berdasarkan DAP (Development
Appropriate Practice). DAP merupakan proses kegiatan (praktik) yang
dilakukan praktisi (pendidik/guru) dalam memberikan pembelajaran yang sesuai
dengan karakteristik dan tahapan perkembangan anak didiknya.
Terdapat berbagai macam pendekatan dalam
penyelenggaraan pendidikan anak usia dini berbasis metode bermain yang
dilaksanakan dilembaga-lembaga pendidikan di indonesia. Salah satu diantara
pendekatan itu adalah saintifik yang merupakan hasil pengembangan dari metode
montessori. Dimana pendekatan saintifik tersebut menekankan pada pembentukan
makna dan membuat ide dari simbol yang dipahami oleh siswa/murid. Selain dari
pada itu metode pendekatan saintifik juga lebih menyenangkan karena siswa dapat
bereksplorasi sehingga anak lebih dapat memahami konsep pembelajaran. Pijakan
yang diberikan sebelum dan sesudah anak bermain dan bereksplorasi dilakukan
dalam setting duduk melingkar kemudian diadakan diskusi antara guru dan siswa
sehingga menambah penghargaan anak dan memperkuat komunikasi dengan anak,
selanjutnya pijakan lainnya adalah pijakan selama anak bereksplorasi dimana
anak akan melihat dan mempelajari objek-objek yang ada disekitar sangat
bermanfaat dalam bahan untuk dijadikan pembelajaran.
Sebagaimana telah dikatakan diatas
sebelumnya bahwa TK Islam Al Kahfi adalah satu dari beberapa sekolah yang
diakui Direktorat PAUD sebagai sekolah yang telah menerapkan pendekatan
saintifik. Sekolah ini memiliki idealisme untuk menyusun kurikulumnya sendiri
dengan menyesuaikan kondisi dan potensi daerah dilingkungan TK Islam Al Kahfi.
Kondisi dalam masa menuju kematangan
konsep dan implementasi kurikulum berciri khas ini tidak serta merta diperoleh
begitu saja tanpa perjuangan. Berdasarkan binaan Bapak Ma’mun, S.Pd., M.M
sebagai Pencetus sekaligus Ketua Yayasan Al-kahfi Babakan Kabupaten Cirebon,
maka sejak didirikannya TK Islam Al Kahfi ditahun keempat belum pernah diadakan
evaluasi program.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti
merasa perlu melakukan penelitian di TK Islam Al Kahfi agar program lembaga
pendidikan yang ada dinaungan Yayasan Al-Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon dapat
berlangsung dan berkembang lebih baik dikemudian hari.
B.
Fokus
Penelitian
Berdasarkan
latar belakang masalah diatas, maka fokus penelitian adalah Program Implementasi
Pendekatan Saintifik yang dilaksanakan di TK Islam Al Kahfi. Komponen yang
dipakai untuk melihat efektifitas program meliputi : konteks (context), masukan (Input), Proses (Process) dan
hasil (Product).
C.
Perumusan
Masalah
Masalah
peneliti ini menitik beratkan pada evaluasi terhadap kesesuaian dan efektifitas
pelaksanaan pendekatan saintifik di TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon
ditinjau dari komponen-komponen konteks (context),
masukan (Input), Proses (Process) dan hasil (Product). Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1. Aspek
Konteks (Context)
Bagaimanakah kesesuaian
landasan pemikiran dan tujuan penyelenggaraan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik di TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon?
2. Aspek
Masukan (Input)
Bagaimanakah kesesuaian
kondisi peserta didik, jumlah dan kompetensi tenaga pendidik serta kecukupan
sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik diTK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon?
3. Aspek
Proses (Process)
Bagaimanakah kesesuaian
perencanaan pembelajaran, pelaksanaaan pembelajaran, serta penilaian
pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik diTK Islam Al Kahfi
Babakan Kabupaten Cirebon?
4. Aspek
Hasil (Product)
Bagaimanakah kesesuaian
proses penilaian hasil belajar peserta didik dengan konsep pendekatan saintifik
di TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon?
D.
Kegunaan
Hasil Penelitian
Penelitian
ini diharapkan bermanfaat bagi :
1. Peneliti
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat mengetahui kesesuaian dan efektifitas penggunaan pendekatan
saintifik diTK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon, serta dapat
menggambarkan ragam keunikan yang diterapkan dengan pendekatan saintifik yang
dapat menambah referensi pengembangan konsep dan teori pembelajaran pendidikan
anak usia dini;
2. Pengelola
dan Pendidik TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan umpan balik bagi pengelola TK Islam Al Kahfi
Babakan Kabupaten Cirebon dalam mengintregasikan nilai-nilai religius melalui
kegiatan bermain dan bereksplorasi dengan pendekatan saintifik serta
menyempurnakan konsep maupun implementasinya;
3. Orangtua
Murid TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat memberikan gambaran bagi orangtua tentang proses pembelajaran
diTK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon sehingga memberikan dukungan
optimal kepada anak dalam proses pembelajaran;
4. Pengelola
TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengelola TK Islam Al Kahfi Babakan
Kabupaten Cirebon khususnya yang menggunakan pendekatan saintifik dalam
melaksanakan tugas, peran dan fungsi sebagai pengelola;
5. Pemerintah
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat dijadikan informasi dan masukan bagi pemerintah dalam upaya
melaksanakan evaluasi program pendekatan saintifik yang diterapkan di indonesia
khususnya yang sudah dilaksanakan oleh TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten
Cirebon dan umumnya untuk lembaga-lembaga PAUD se indonesia yang akan
menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik;
6. Masyarakat
Hasil penelitian ini
diharapkan dapat menjadikan bahan refleksi bagi masyarakat, khususnya akademisi
yang ingin mengkaji atau meneliti kembali kesesuaian dan efektifitas pendekatan
saintifik.
BAB II
KAJIAN TEORITIK
A.
Konsep
Evalusi Program
1.
Pengertian
Evaluasi
Beberapa
penegrtian yang dikemukakan oleh beberapa pakar akan menghantarkan pada sebuah
pemahaman mengenai pengertian evaluasi tersebut. Secara redaksional beberapa
pengertian tersebut tampak berbeda, namun demikian pengertian-pengertian
tersebut akan mengarah pada satu persamaan esensi pengertian mengenai evaluasi.
Evaluasi
merupakan kegiatan identifikasi program yang telah dilaksanakan untuk melihat
tingkat efisiensi pelaksanaan program. Evaluasi pembelajaran merupakan proses
pengukuran dan penilaian terhadap beberapa kemampuan anak pembelajaran seperti
pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk membuat keputusan tentang kemampuan
anak. Selanjutnya evaluasi pembelajaran pula merupakan suatu proses yang
sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan terhadap keterjapaian tujuan
pemebalajaran yang dirasakan secara langsung oleh anak.
Evaluasi
berasal dari kata evaluation dalam
bahasa inggris selanjutnya kata tersebut diserap ke dalam perbendaharaan
istilah dalam bahasa Indonesia yang berarti pengukuran. Selanjutnya menurut AS
Hornby dalam Arikunto, definisi yang dituliskan
dalam kamus Oxford advanced
learner’s dictionary of current English. Evaluasi adalah to find out, decide the amount or value
yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah.[6]
Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan tindakan
evaluasi harus dilakukan secara hati-hati, bertanggung jawab, menggunakan
strategi, dan dapat dipertanggung jawabkan.
Ditegaskan
oleh David dan Hawtron bahwa Evaluation
can be viewed as a structured process that creates and synthesize information
intended to reduce the level of uncertainty for stakeholders about a given
program or policy.[7]
Evaluasi dapat dicermati sebagai proses untuk membuat dan mensintesis informasi
sebagai upaya untuk mengurai derajat ketidakpastian mengenai program atau
kebijakan. Aspek tambahan dalam pengertian tersebut adalah harus adanya proses
analisis terhadap data yang dikumpulkan, hal demikian dimaksudkan agar data
yang dikumpulkan dapat dipergunakan berdasar dan sesuai dengan tujuan serta
memberikan kemnatapan dalam mengambil keputusan.
Berlanjut
pada pengertian yang disampaikan oleh Owen, Evaluation
as the process of making a judgement about a value or woth of an object under
review.[8]
Evaluasi merupakan proses untuk membuat keputusan mengenai nilai dan manfaat
mengenai suatu objek, pengertian tersebut menyatakan bahwa evaluasi merupakan
sebuah proses asesment yang dilaksanakan secara cermat mengenai kemanfaatan,
kebaikan, dan nilai suatu struktur administratif,
luaran dan dampak dari sebuah intervensi yang dilaksanakan badan pemerintahan
dengan tujuan untuk mengatasi berbagai tantangan dimasa depan dan berbagai
situasi yang terjadi. Hal tersebut didukung oleh pengertian yang disampaikan
oleh Weiss,
Evaluation
is an elastic word that stertches to cover judgemens of many kinds. The purpose
of evaluation research is to measure the effects of a program against the goals
it set out to accomplish a means of contributing to subsequent decision making
about the program and improving future programming.[9]
Evaluasi
merupakan sebuah kata yang sering digunakan untuk menyatakan pengambilan
keputusan tentang segala sesuatu. Tujuan penelitian evaluasi untuk mengukur
dampak pelaksanaan program terhadap tujuan yang telah ditetapkan sehingga akan
memberikan informasi bagi pengambilan keputusan dan peningkatan kualitas
program dimasa selanjutnya.
Pengertian
terakhir mengenai evaluasi dalam kajian ini diambil dari pengertian yang
disampaikan oleh Ralph Winfred Tyler, yang mempopulerkan istilah educational
avaluation (evaluasi pendidikan). Tyler memfokuskan pengertian tentang evaluasi
pada evaluasi yang berkaitan dengan pendidikan. Menurutnya, evaluasi adalah
sebuah usaha untuk melihat kesesuaian antara tujuan-tujuan pembelajaran yang
telah ditetapkan diawal dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan sehingga
akan diperoleh hasil yang dapat membantu untuk memperbaiki pelaksanaan proses
pembelajaran maupun untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait yang
membutuhkan. Titik fokus dari pengertian ini adalah kesesuaian antara proses
dengan tujuan yang telah ditetapkan apabila dilihat pada aspek tujuan evaluasi,
maka pengertian yang disampaikan oleh Tyler dalam Tayibnapis, ini tidak jauh
berbeda dengan pengertian sebelumnya, yaitu upaya perbaikan dan penyusunan
informasi yang bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan.[10]
Berdasarkan
beberapa pengertian tersebut maka dapat disintesiskan menjadi sebuah pengertian
evaluasi. Evaluasi merupakan sebuah proses asesmen yang cermat mengenai suatu
objek atau subjek dengan tujuan untuk mengumpulkan data atau informasi yang
dilanjutkan untuk dianalisis kesesuaiannya dengan indikator-indikator evaluasi
dengan tujuan untuk melihat kemanfaatan dan nilai, perbaikan atau informasi
yang bermanfaat mengenai objek atau subjek tersebut.
2.
Pengertian
Evaluasi Program
Selanjutnya
Apakah evaluasi program itu, menurut Arikunto. Evaluasi program adalah suatu
rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan
keberhasilan program. Pengertian program sendiri merupakan suatu rencana.yang
dirancang dengan seksama.[11] Dengan
demikian berdasarkan definisi diatas dapat diketahui dalam melakukan suatu
program evaluasi pada kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa
tinginya keberhasilan dari kegiatan yang dihasilkan.
Selanjutnya
evaluasi mengidentifikasi dalam tiga kerangka dasar, yaitu evaluasi
pembelajaran, evaluasi program dan evaluasi system. Menurut pramono, Evaluasi
program memiliki cangkupan yang cukup luas. Berangakat dari evaluasi kurikulum
hingga evaluasi program secara lebih rinci yang ada pada tiap-tiap bidang
studi. Evaluasi program ini selalu berkaiatan dengan proses penyegaran program.[12]
Berdasarkan definisi diatas evaluasi program bertujuan untuk menyegarkan suatu
program yang telah direncanakan oleh sekolah sebelum proses belajar mengajar
dimulai.
Menurut Cronbach dalam Daryanto, dijelaskan di
dalam bukunya Designing Evaluator of
Educational and Social Program, menegaskan 12 prinsip-prinsip dasar
evaluasi yang peneliti persempit pengertiannya sebagai berikut evaluasi program
adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan
serta menegaskan bahwa meskipun evaluator menyediakan informasi, evaluator
bukan lah pengambil keputusan tentang suatu program.[13]
Berdasarkan definisi diatas evaluasi program merupakan metode yang sistemastis
untuk mengumpulkan data dan analisis data, dan menggunakan informasi yang
diperoleh dari penelitian tersebut untuk menjawab pertanyaan seberapa tinggi
efektifitas dan efisiensi dari suatu proyek, kebijakan danprogram-program.
Selain
ketercapaian atau keberhasilan program, jika dilihat dari definisi evaluasi
maka ada unsur penentuan keputusan terhadap keberlangsungan objek evaluasi.
Definisi yang disampaikan Mulyatiningsih menunjukan proses akhir dari sebuah
evaluasi program, adalah menentukan keputusan mengenai pelaksanaan program itu
sendiri.[14] Jadi
dalam pengertiannya evaluasi program merupakan sebuah rangkaian proses yang
berisi kegiatan pengumpulan data dan informasi berkaitan dengan program dengan
tujuan untuk membuat keputusan tentang program yang diievaluasi. Keputusan
tersebut berupa rekomendasi untuk melanjutkan, memperluas, memperbaiki atau
justru menghentikan implementasi program tersebut.
Joint Committe on standards
for educational Evaluational menyatakan bahwa “Program evaluation is an evaluation that
assess educational activites which provide service on a continuing basis and
often involve curicular offering”. Evaluasi juga merupakan aktifitas yang
mampu menyediakan informasi bagi peningkatan program, menciptakan kinerja yang
lebih efektif, mendorong terjadinya interaksi yang lebih bermakna antar
stakeholder dan memberikan peluang pencapaian tujuan program yang lebih
efektif.[15] Dari
definisi ini dapat ditangkap sebuah makna yang menunjukan bahwa evaluasi
program sangat bermanfaat dalam memberikan informasi atau data secara
berkelanjutan. Dalam istilah lainnya, ketika program diharapkan untuk
berlangsung secara baik dan konsisten bahkan mengalami sebuah kemajuan maka
evaluasi program perlu senantiasa dilaksanakan untuk mendukung serta kehidupan
program itu sendiri. Tanpa adanya sebuah evaluasi maka perbaikan terhadap
program adalah sebuah kemustahilan. Sehingga pada akhirnya harapan terjadinya
kesuksesan suatu program merupakan hal yang sulit untuk dicapai.
Berdasarkan
beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian evaluasi
program adalah suatu proses yang sistematis untuk melihat efektivitas,
efisiensi, memonitor jalannya serta kemajuan suatu kegiatan, dan melakukan
pengukuran dan penilaian di akhir kegiatan apakah kegiatan tersebut memberi
dampak dan perubahan sesuai dengan hal yang ingin dicapai.
B.
Pendekatan
Saintifik
1. Pengertian
Pendekatan Saintifik
Pendekatan Saintifik adalah pendekatan yang digunakan dalam
pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses ilmiah. Dalam proses ilmiah,
siswa mengkonstruk pengetahuan dengan menanya, melakukan pengamatan, melakukan
pengukuran, mengumpulkan data, mengorganisir dan menafsirkan data,
memperkirakan hasil, melakukan eksperimen, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. [16]
Menurut Fadlillah M, Pendekatan Saintifik adalah pendekatan
pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya
(questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan
(communication).[17]Berdasarkan
pengertian-pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Pendekatan Saintifik
adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran melalui 50 proses ilmiah
yang dilakukukan melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan
mengkomunikasikan.
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saitifik karena pendekatan
ini dinilai sesuai untuk mengembangkan kemampuan sikap, pengetahuan, dan
keterampilan siswa. Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik adalah proses
pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif
mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati
(untuk mengidentifikasikan atau menemukan masalah), merumuskan masalah,
mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik,
menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau
prinsip yang “ditemukan”. [18]Pendekatan Saintifik
dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami
berbagai materi menggunakan Pendekatan Saintifik. Pembelajaran diarahkan untuk
mendorong siswa mencari tahu dari berbagai sumber melalui pengamatan, bukan
sekedar diberikan oleh guru. Tujuan dari pendekatan ini adalah siswa mampu
memecahkan masalah yang akan dihadapi di kehidupan sehari-hari dengan baik.[19]
Langkah-langkah Pendekatan Saintifik dalam proses pembelajaran
adalah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba,
menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Berikut ini dalah gambar
masing-masing langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran menggunakan
Pendekatan Saintifik.
a. Ranah sikap menggamit transformasi materi pelajaran agar peserta
“tahu mengapa”;
b. Ranah keterampilan menggamit transformasi materi pelajaran agar peserta
“tahu bagaimana”;
c. Ranah pengetahuan menggamit transformasi materi pelajaran agar
peserta “tahu apa”;
d. Hasil akhir yang diharapkan adalah peningkatan dan keseimbangan
antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan
manusia yang memiliki kecakapan serta pengetahuan untuk hidup layak (hard
skills) dari siswa yang meliputi kopetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
e. Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif,
dan afektif melalui penguatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang
terintegrasi;
Kelima kegiatan/langkah pembelajaran menggunakan Pendekatan
Saintifik diimplementasikan pada saat memasuki kegiatan inti pembelajaran.
Penjelasan untuk langkah-langkah/kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam
pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik adalah sebagai berikut :
a. Mengamati
Pengamatan atau observasi adalah menggunakan panca indera untuk
memperoleh informasi.[20]Menurut Hosnan, mengamati
adalah kegiatan studi yang disengaja dan sistematis 53 tentang fenomena sosial
dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Peneliti
mengartikan mengamati sebagai kegiatan mencari informasi tentang fenomena
sosial dan gejala-gelaja psikis menggunakan panca indera dengan cara pengamatan
dan pencatatan.[21]
Kegiatan mengamati mengutamakan proses pembelajaran yang bermakna.
Menurut Daryanto, metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin
tahu siswa, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi.
Metode ini memiliki keunggulan tertentu, diantaranya: menyajikan media atau
objek secara nyata, menantang/menarik rasa ingin tahu siswa, serta
pelaksanaannya yang mudah. Metode ini sangat tepat untuk memenuhi rasa ingin
tahu siswa, sehingga menimbulkan proses pembelajaran yang bermakna.[22]
Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, menyebutkan bahwa aktivitas mengamati
dilakukan melalui kegiatan membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan
sebagainya. Peran guru adalah memfasilitasi siswa untuk melakukan proses
mengamati.[23]
Guru bisa menyajikan media berupa gambar, video, benda nyata, miniatur, dll.
Guru memfasilitasi peserta didik untuk memperhatikan (melihat, membaca,
mendengar) hal yang penting dari suatu benda/objek. Siswa mengamati objek/media
yang akan dipelajari atau digunakan saat pembelajaran. 54 Kompetensi yang ingin
dikembangkan dari kegiatan ini adalah melatih ketelitian, kesungguhan, dan
mencari informasi.
Observasi bertujuan untuk mendiskripsikan setting yang dipelajari,
aktivitas-aktivitas yan berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas,
dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang
yang diamati tersebut.
Langkah-langkah dalam melakukan kegiatan mengamati adalah sebagai
berikut :
a.
Mengetahui/memperoleh
pengetahuan yang akan diobservasi;
b.
Membuat
pedoman observasi atau sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi.;
c.
Menentukan
data yang perlu diobservasi;
d.
Menentukan
tempat objek yang akan diobservasi;
e.
Menentukan
bagaimana observasi akan dilakukan;
f.
Menentukan
cara melakukan pencatatan atas hasil observasi.
Siswa melakukan pengamatan terhadap benda untuk mengetahui
karakteristiknya, misal: warna, volume, bau, bentuk, tekstur, berat, dan
suaranya. Benda memiliki karakteristik yang berbeda jika terkena pengaruh
lingkungan. Perilaku manusia juga bisa diamati oleh siswa. Pengamatan terhadap
perilaku manusia dilakukan untuk mengetahui kebiasaan, sifat, respon, pendapat,
dan karakteristik lainnya.
Pengamatan dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif.
Jill Bailer, dkk menyatakan bahwa hasil dari pengamatan kualitatif berupa
deskripsi dan pengamatan kuantitatif berupa hasil pengukuran. Pengamatan
kuantitatif untuk melihat perilaku manusia atau hewan dilakukan dengan cara
menghitung banyaknya kejadian.[24]
Guru bisa meminta siswa untuk mengamati fenomena alam atau
fenomena sosial, seperti mengamati tingkah laku hewan, mengamati benda yang ada
di lingkungan kelas dan rumah, mengamati ciri-ciri wajah teman, mengamati
kegiatan di masjid, dll. Hosnan menyatakan bahwa lingkungan pembelajaran
seharusnya tidak terbatas dalam ruang kelas, melainkan dapat di luar kelas
dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran. Dengan
mengamati lingkungan, siswa akan memperoleh pengalaman langsung. Pengalaman
langsung dalam kegiatan mengamati ini merupakan alat yang baik untuk memperoleh
kebenaran/fakta. [25]
Selain itu, siswa juga bisa diminta untuk mengamati media. Adapun
fungsi media menurut Sadiman adalah sebagai berikut :[26]
1.
Memperjelas
penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalisme;
2.
Mengatasi
keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera;
3.
Mengatasi
sikap pasif peserta didik.
Siswa dituntut untuk cermat dalam mengamati suatu fenomena atau
permasalahan agar mendapatkan informasi yang akurat. Setelah melakukan
pengamatan, siswa melakukan pencatatan hasil pengamatan. Catatan ini berisi
tentang hal-hal apa yang diamati dan dianggap penting oleh siswa. Catatan
pengamatan juga harus dilakukan langsung setelah melakukan pengamatan. Selain
itu, catatan pengamatan juga harus memuat keterangan objek pengamatan, tempat,
tanggal dan waktu pengamatan.
b. Menanya
Langkah kedua dalam Pendekatan Saintifik adalah menanya. Kegiatan
menanya adalah membuat dan mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak
dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi
tambahan tentang apa yang diamati.
Model pembelajaran menanya sebenarnya merupakan pengembangan dari
metode tanya jawab. Sudirman mengartikan bahwa “metode tanya jawab adalah cara
penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab terutama guru
kepada siswa, tetapi dapat pula siswa kepada guru”. Metode tanya jawab juga
dijadikan sebagai pendorong dan pembuka jalan bagi siswa untuk 57 mengadakan
penelusuran lebih lanjut (dalam rangka belajar) dengan berbagai sumber belajar,
seperti buku, majalah, surat kabar, kamus, ensiklopedia, laboratorium, video,
masyarakat, alam, dan sebagainya.[27] Berdasarkan pembahasan di
atas, dapat disimpulkan bahwa menanya adalah metode pembelajaran yang dilakukan
dengan cara mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang
apa yang diamati untuk memahami materi pembelajaran.
Peran guru adalah memfasilitasi siswa untuk melakukan proses
menanya. Siswa dilatih mengembangkan kemampuan bertanya mulai dari siswa masih
menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk
mengajukan pertanyaan, sampai ke tingkat dimana siswa mampu mengajukan
pertanyaan secara mandiri. Hosnan menyatakan bahwa dalam kegiatan menanya guru
berusaha membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya
mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat.
Kegiatan bertanya ini sangat penting untuk mengembangkan rasa
ingin tahu (curiousity) siswa. Fungsi bertanya menurut Rusman adalah
menggali informasi, mengecek pemahaman siswa, dan memfokuskan perhatian siswa.
Fungsi bertanya lainnya menurut Hosnan adalah mendorong dan menginspirasi
peserta didik untuk aktif belajar, serta membangkitkan keterampilan peserta
didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberikan jawaban 58 secara
logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, menyebutkan bahwa aktivitas menanya
dilakukan melalui kegiatan membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab,
berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin
diketahui, atau sebagai klarifikasi. Semakin siswa terlatih untuk bertanya,
maka akan semakin berkembang rasa ingin tahu siswa.
Guru diharapkan mampu menginspirasi siswa untuk meningkatkan
mengembangkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Saat guru bertanya,
berarti guru membimbing siswa untuk belajar dengan baik. Saat guru menjawab,
berarti guru mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Guru juga perlu mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk
memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan. Sagala menyatakan bahwa cara
memberikan giliran dalam kegiatan tanya jawab adalah sebagai berikut.
1. Dengan memberikan pertanyaan yang ditujukan kepada seseorang dan
gilirannya kepada orang lain;
2. Dengan pertanyaan yang diberikan kepada kelompok dan gilirannya
dengan kelompok lain;
3. Dengan pertanyaan yang ditujukan kepada siapapun dan diarahkan
secara tersebar;
4. Dengan pertanyaan kepada seluruh kelas dan dijawab secara spontan
oleh siapa saja.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata,
pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah pertanyaan
tidak selalu dalam bentuk kalimat tanya, melainkan juga dapat dalam bentuk
pernyataan, asalkan keduanya menginginkn tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan,
misalnya “Apa saja kegiatan yang dilakukan para petani berdasarkan pada
gambar?”. Bentuk pernyataan, misalnya “sebutkan kegiatan-kegiatan yang
dilakukan para petani berdasarkan pada gambar?”. Guru diharapkan dapat
memberikan pertanyaan yang menginspirasi siswa untuk memberikan jawaban yang
baik dan benar.
c. Mengumpulkan Informasi/Mencoba
Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari
kegiatan bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan
informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Lampiran Permendikbud 103
Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah,
menyebutkan bahwa aktivitas mengumpulkan informasi/mencoba dilakukan melalui
kegiatan mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru
bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain 60 selain buku teks,
mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/
menambahi/mengembangkan.
Sani, menyebutkan bahwa belajar dengan menggunakan pendekatan
saiintifik akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas meyelidiki fenomena
dalam upaya menjawab suatu permasalahan. Jadi, kegiatan mengumpulkan informasi
adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi dari berbagai
sumber yang dilakukan melalui berbagai cara, antara lain: melalui eksperimen,
membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas
wawancara dengan nara sumber dan sebagainya sebagai upaya untuk menjawab suatu
permasalahan. [28]
Kegiatan yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi adalah
eksperimen. Syaiful Bahri Djamarah mendefinisikan eksperimen/mencoba sebagai
cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Sedangkan Hosnan mendefinisikan
eksperimen/ mencoba sebagai kegiatan terperinci yang direncanakan untuk
menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis.
Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa mencoba adalah
kegiatan pembelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan
membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari untuk mendapatkan data untuk
menjawab permasalahan atau menguji hipotesis.
Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap teliti,
jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi,
menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang
dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Peran
guru adalah memfasilitasi siswa untuk melakukan proses mengumpulkan
informasi/mencoba.
Sumantri, menyebutkan beberapa kelebihan dan kekurangan metode
eksperimen. Kelebihan dan kekurangan tersebut adalah sebagi berikut ini :
1)
Kelebihan
Metode Ekserimen
a)
Membuat
siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri daripada hanya
menerima kata guru;
b)
Siswa aktif
terlibat mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang diperlukan melalui
percobaan yang dilakukan;
c)
Dapat
menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah;
d) Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat
objektif,realistik, dan menghilangkan verbalisme;
e)
Hasil
belajar menjadi kepemilikan siswa yang bertalian lama.
2)
Kekurangan
Metode Ekserimen
a)
Memerlukan
peralatan percobaan yang komplit;
b)
Dapat
menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang memerlukan waktu lama;
c)
Menimbulkan
kesulitan bagi guru dan siswa apabila kurang berpengalaman dalam penelitian;
d) Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada
kesalahan penyimpulan.[29]
Kegiatan mengumpulkan informasi lainnya adalah diskusi. Menurut
Sagala, diskusi memiliki manfaat dan kelemahan. Manfaat dari diskusi antara
lain: (1) peserta didik memperoleh kesempatan untuk berpikir; (2) peserta didik
dapat berlatih mengeluarkan pendapat; (3) diskusi dapat menumbuhkan parsitipasi
aktif peserta didik; dan (4) peserta didik belajar bersikap toleran. Sedangkan
kelemahan diskusi antara lain: (1) diskusi terlampau menyerap waktu; (2)
peserta didik tidak berlatih untuk melakukan diskusi dan menggunakan waktu
diskusi dengan baik; dan (3) terkadang guru tidak memahami cara-cara
melaksanakan diskusi, sehingga diskusi cenderung menjadi tanya jawab.
Kegiatan mencoba memiliki peran penting dalam melatih siswa untuk
memperoleh data dan fakta dari hasil pengamatan dan bukan hanya opini semata.
Dengan melakukan percobaan, siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan
sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki. Selain itu, ilmu
pengetahuan yang diperoleh 63 dari kegiatan mencoba diharapkan dapat bertahan
lama dalam ingatan siswa.
d. Menalar/Mengasosiasi
Menurut Daryanto, menalar adalah proses berpikir yang logis dan
sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi/diamati untuk
memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks
pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada
teori belajar asosiasi. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada
kemampuan mengelompokkan berbagai ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa
untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori, Berdasarkan pengertian-pengertian
di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan mengasosiasi/ mengolah
informasi/ menalar dalam kegiatan pembelajaran adalah kegiatan mengolah
informasi yang sudah dikumpulkan untuk memperoleh simpulan.
Kegiatan mengasosiasi/ menalar dilakukan untuk menemukan
keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari
keterkaitan informasi tersebut. Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang
Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, menyebutkan bahwa
aktivitas menalar/mengasosiasikan dilakukan melalui kegiatan mengolah informasi
yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi
atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu
pola, dan menyimpulkan.[30] Kompetensi yang
diharapkan dari kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti,
disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan
berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik
kesimpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat
umum. Jadi, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari
kasus-kasus yang bersifat nyata secara khusus menjadi simpulan yang bersifat
umum.
Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik
kesimpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju
pada hal yang bersifat khusus. Jadi, menalar secara deduktif adalah menerapkan
hal-hal yang umum terlebih dahulu, kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagian
yang khusus.
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran menggunakan Pendekatan
Saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi.
Setelah menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya dan
menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut, selanjutnya siswa secara
bersama-sama dalam satu kelompok atau secara individual membuat kesimpulan.
e. Mengkomunikasikan
Pendekatan Saintifik
pada Kurikulum 2013 memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan
apa yang sudah dipelajari. Siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan hasil
pekerjaan yang sudah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok maupun
secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat.
Kegiatan
mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran menurut adalah menyampaikan hasil
pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau
media lainnya. Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada
Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, menyebutkan bahwa aktivitas
mengkomunikasikan dilakukan melalui kegiatan menyajikan laporan dalam bentuk
bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan
meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan. Kompetensi yang diharapkan
dari kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi,
kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas,
dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Siswa diharapkan dapat
menyampaikan hasil temuannya dengan lancar dan baik di depan teman-teman satu
kelas. Hal ini bertujuan untuk melatih dan mengembangkan rasa percaya diri
siswa. Sedangkan, siswa yang lain dapat memberikan komentar atau masukan
mengenai apa yang disampaikan oleh temannya. Peran guru adalah memfasilitasi
siswa untuk melakukan proses mengkomunikasikan.
Tabel 3. Tabel
Deskripsi Kegiatan dan Peran Guru dalam Kegiatan Pembelajaran menggunakan
Pendekatan Saintifik
Langkah
Pembelajaran
|
Deskripsi
Kegiatan
|
Peran
Guru
|
Mengamati
|
Mengamati dengan indra (membaca,
mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya) dengan atau tanpa alat. |
Memfasilitasi siswa
untuk melakukan proses mengamati. |
Menanya
|
Membuat dan mengajukan pertanyaan,
tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi. |
Memfasilitasi siswa
untuk melakukan proses menanya |
Mengumpulkan
informasi/mencoba |
Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi,
mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengembangkan. |
Memfasilitasi siswa
untuk melakukan proses mengumpulkan informasi/mencoba. |
Menalar/mengasosiasi
|
Mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan. |
Memfasilitasi siswa
untuk melakukan proses menalar/ mengasosiasikan |
Mengkomunikasikan
|
Menyajikan laporan dalam bentuk bagan,
diagram, atau grafik, menyusun laporan tertulis, dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan. |
Memfasilitasi siswa
untuk melakukan proses mengkomunikasikan. |
C.
Model
Evaluasi CIPP
Penelitian
Evaluasi dilaksanakan dengan berbagai tujuan. Dikarenakan adanya berbagai macam
tujuan tersebut maka model penelitian evaluasi programpun bervariasi.[31]Kesesuaian
antara tujuan evaluasi dengan model evaluasi menjadi sebuah aturan utama yang
harus dipenuhi oleh seorang evaluator.
Berikut
ini disajikan penjelasan ringkas mengenai model-model yang diterapkan dalam
melaksanakan sebuah evaluasi. Disebutkan oleh Suharsimi Arikunto, ada beberapa model
evaluasi yang banyak dipakai sebagai stategi atau pedoman kerja dalam
pelaksanaan evaluasi program, yaitu :[32]
a. Evaluasi
Model Kirkpatrick
Model
evaluasi ini menjadi salah satu rujukan dan standar bagi berbagai perusahaan
besar dalam program training bagi pengembangan sumber daya manusia. Model
evaluasi yang dikembangkan olehKirkpatrick dikenal dengan Evaluating Training
Programs : The Four Levels atau Kirkpatrick’s Evaluation Model. Evaluasi
terhadap program training mencakup empat level evaluasi, yaitu : reaction (reaksi), learning (belajar), behavior
(perilaku) dan result (hasil).
b. Evaluasi
dan Model CIPP
Model evaluasi CIPP
digerakkan oleh para evaluator yang pertama kali ditawarkan oleh Stufflebeam pada tahun 1965 untuk
mengevaluasi ESEA (The Elementary and
Secondary Education Act). Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam
dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan tetapi
memperbaiki.Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan
diterapkan oleh para evaluator. Evaluasi model CIPP dapat diterapkan dalam
berbagai bidang, seperti pendidikan, manajemen, perusahaan dan sebagainya serta
dalam berbagai jenjang baik itu proyek, program maupun institusi. Dalam bidang
pendidikan Stufflebeam menggolongkan sistem pendidikan atas empat dimensi yaitu
konteks, input, proses dan produk sehingga model evaluasinya diberi nama CIPP
model yang merupakan singkatan keempat dimensi tersebut. Keempat kata yang
disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak
lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan.
c. Evaluasi
Model Whell (Roda) dari Beebe
Model evaluasi ini
dipakai untuk mengevaluasi sebuah pelatihan yang dilakukan dalam suatu program
dengan menggunakan model roda. Model evaluasi ini berbentuk roda karena
menggambarkan usaha evaluasi yang berkaitan dan berkelanjutan dari satu proses
ke proses selanjtnya. Model ini digunakan untuk mengetahui apakah pelatihan
yang dilakukan suatu instansi telah berhasil, untuk itu diperlukan alat untuk
mengevaluasi.
d. Evaluasi
Model Provus (Discrepancy Model)
Model yang dikembangkan
oleh Malcolm Provus ini merupakan model evaluasi yang berangakat dari asumsi
bahwa untuk mengetahui kelayakan suatu program, avaluator dapat membandingkan
antara apa yang seharusnya dan diharapkan terjadi dengan apa yang sebenarnya
terjadi sehingga dapat diketahui ada tidaknya kesenjangan (Discrepancy) antara keduanya yaitu standar yang ditetapkan dengan
kinerja yang sesungguhnya. Model Provus yang bertujuan untuk menganalisis suatu
program sehingga dapat ditentukan apakah suatu program layak diteruskan,
ditingkatkan atau sebaliknya dihentikan karena mementingkan terdefinisikannya Standar, Performance dan Discrepancysecara
rinci dan terukur.
e. Evaluasi
Model Stake
Model evaluasi yang
dikembangkan ini menekankan dua dasar kegiatan didalam evaluasi, yaitu description dan judgement. Dari dua dasar kegiatan tersebut maka dapat membedakan
adanya tiga tahap dalam program pendidikan, yaitu antecedent ( context),
transaction ( Process) dan Outcomes. Stake mengatakan bahwa apabila kita
menilai suatu program pendidikan, kita melakukan perbandingan yang relatif
antara satu dengan program lain atau perbandingan yang absolut yaitu
membandingkan suatu program dengan standar tertentu.
f. Evaluasi
model Brinkerhoff
Model evaluasi yang
dikembangkan oleh brinkerhoff ini mengemukakan tiga jenis golongan evaluasi
yang disusun berdasarkan penggabunganelemen-elemen yang sama dengan
evaluator-evaluator lain, yaitu memakai desain evaluasi yang tetap (fixed)yang ditentukan dan direncanakan
secara sistematik sebelum implementasi dilaksanakan, evaluasi formatif dan summatif
yang digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat membantu memperbaiki
program dan metodologi penelitian klasik.
Dalam penelitian ini, model
eavlausi yang dipakai adalah Model Context,
Input, Process, Product (CIPP) dari Stufflebeam yang dianggap sesuai dengan
karakteristik pengembangan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Saintifik
yang berlaku di TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon.
Model CIPP dari Stufflebeam &
Shinkfield, yakni suatu model evaluasi yang bertujuan untuk membantu dalam
perbaikan kurikulum, tetapi juga untuk mengambil keputusan apakah program itu
dihentikan saja.[33]
Model ini mengutamakan evaluasi formatif yang kontinu sebagai cara untuk
meningkatkan hasil belajar. Namun fokus penilaian bukan hanya sebatas hasil
belajar tetapi juga keseluruhan kurikulum serta lingkungannya. Model Evaluasi
formatif dan sumatif dari suatu proyek, program, personal, lembaga dan sebuah
sistem. “The CIPP Model is a
comprehensive framework for guiding formative and summative evaluations of projects,
programs, personnel, products, isntitutions, and system”.[34]Maka
jika dijelaskan secara terperinci, model CIPP (Context, Input, Process, Product) yaitu evaluasi terhadap Context, Input, Process, Product.
Model CIPP dikatakan berorientasi
pada suatu keputusan (a decision oriented
evalution approach stuctured) tujuannya adalah untuk membantu administrator
(Kepala Sekolah dan Guru) didalam membuat keputusan.Evaluasi model CIPP dapat
diterapkan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, manajemen, perusahaan dan
sebagainya serta dalam berbagai jenjang baik itu proyek maupun institusi. Dalam
bidang pendidikan Stufflebeam menggolongkan system pendidikan atas 4 dimensi :[35]
Model evaluasi yang digunakan yaitu
menggunakan model CIPP. Model CIPP terdiri dari Contect, Input, Process dan
Product. Berdasarkan program belajar efektif dan efisien yang ada maka
bagian-bagian dari ke 4 huruf tersebut yaitu:
1. Evaluasi
Kontek (Context)
Evaluasi
kontek adalah usaha untuk mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang
mendasari disusunnya suatu program. Tujuan utama evaluasi kontek adalah
mengkaji staus objek secara menyeluruh, mengidentifikasi kekurangan,
mengidentifikasi kekuatan yang ada dan dapat digunakan untuk menutupi
kekuarangan, mendiagnosa masalah sehingga dapat ditemukan solusinya, secara
umum memberikan gambaran tentang karakteristik lingkungan penyelenggara
program. Maka dengan melakukan evaluasi konteks dapat tersaji data mengenai
alasan untuk mendapatkan tujuan program dan prioritas tujuan, seperti kondisi
lingkungan, kekuatan, dan kelemahan sumber daya yang ada, kebutuhan yang sudah
dan belum terpenuhi, dan peluang yang belum dimanfaatkan. Konteks (context),
merupakan situasi atau latar belakang yang mempengaruhi tujuan dan strategi
yang dikembangkan, misalnya: kebijakan departemen atau unit kerja yang
bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai oleh unit kerja, dan masalah ketenagaan
yang dihadapi unit kerja;
Evaluasi
konteks juga menggambarkan hal-hal yang belum dipertimbangkan dalam perencanaan
program. Dalam kegiatan evaluasi konteks yang harus dilakukan oleh evaluator
adalah mengumpulkan dan mengakses kebutuhan informasi dari sumebr-sumber
seperti wawancara memimpin program untuk menelaah dan mendiskusikan perspektif
mereka tentang program yang mereka rancang, baik dari landasan berfikir, tujuan
program hingga kepada target lulusan atau keberhasilan dari program tersebut.
Evaluasi konteks dalam penelitian ini meliputi landasan pemikiran dan tujuan
penyelenggaraan pembelajaran dengan pendekatan saintifik di TK Islam Al Kahfi
Babakan Kabupaten Cirebon.
2. Evaluasi
Masukan (Input)
Evaluasi
masukan program menyediakan data untuk menentukan bagaimana penggunaan sumber
yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program, hal ini berkaitan dengan
relevansi, kepraktisan, pembiayaan, efektifitas yang dikehendaki dan alternatif
yang dianggap unggul. Masukan (input), mencakup bahan, peralatan, dan fasilitas
yang disiapkan untuk keperluan program, misalnya: dokumen kurikulum dan bahan
ajar yang dikembangkan, staf pengajar yang bertugas, sarana/prasarana yang
tersedia, dan media pendidikan yang digunakan;
Berdasarkan
pembahasan diatas maka evaluasi masukan dalam penelitian ini adalah identifikasi
terhadap sumber daya yang ada dan alternatif strategi yang digunakan untuk
mencapai tujuan program. Evaluasi masukan tersebut mencakup kondisi peserta
didik, kompetensi tenaga pendidik, sarana prasarana penunjang kegiatan
pembelajaran, perencanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik di TK Islam
Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon.
3. Evaluasi
Proses (Process)
Evaluasi
proses merupakan evaluasi yang dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan
program sesuai dengan rencana. Evaluasi Proses (process), merupakan pelaksanaan nyata dari program pendidikan di
kelas atau lapangan yang meliputi: pelaksanaan proses pembelajaran, pelaksanaan
evaluasi, dan pengelolaan program;
Evaluasi
proses dapat dilakukan dengan cara memonitor kegiatan, melakukan interaksi terhadap
sumber daya yang ada, dan mengobservasi kegiatan. Berdasarkan uraian diatas,
maka evaluasi proses dalam penelitian ini berkaitan dengan keterlaksanaan
proses kegiatan belajar, seperti aktifitas guru, aktifitas murid dalam belajar
dan memonitoring kepala sekolah dalam proses kegiatan menggunakan pendekatan
saintifik diTK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon.
4. Evaluasi Hasil (Product)
Tujuan
evaluasi produk adalah mengukur, menginterpretasikan dan menilai pencapaian
program. Hasil (product), yaitu
keseluruhan hasil yang dicapai oleh program. Hasil utama yang diharapkan dari
program produktif adalah meningkatnya kompetensi siswa sesuai bidang
keahliannya;
Berdasarkan
uraian diatas maka evaluasi produk dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta
didik seperti laporan perkembangan anak dan tanggapan orangtua murid terkait
dengan product hasil belajar dari implementasi pendekatan saintifik di TK Islam
Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon. Keempat komponen dalam evaluasi program
dengan model CIPP dapat digunakan untuk membantu pengambilan keputusan tentang
program pendidikan yang sedang berlangsung, dalam hal ini program yang
dirancang dalam suatu kurikulum. Evaluasi program dengan model CIPP juga dapat
membantu dalam menganalisa kualitas keputusan yang telah diambil dan telah
dilaksanakan. Evaluasi yang terstruktur dan menyeluruh diperlukan dan
dibutuhkan ketika keputusan melibatkan berbagai perubahan dan para pengambin
keputusan memiliki pengalaman yang kurang memadai dan kekurangan data dalam evaluasi
program.
D.
Hasil
Penelitian yang relevan
Penelitian relevan yang mendiskripsikan
pendekatan saintifik atau peningkatan hasil belajar dengan menggunakan
pendekatan saintifik di program pendidikan anak usia dini belum ditemukannya
referensi atau hasil laporan evaluasi yang telah mencoba untuk melihat
efektifitas program tersebut.
E.
Kriteria
Evaluasi
Untuk memudahkan mengevaluasi program,
maka perlu mengembangkan aspek-aspek dan kriteria evaluasi. Pendekatan yang
digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fidelity dan pendekatan
proses. Pendekatan fidelity yaitu kriteria evaluasi dikembangkan sebelum
peneliti turun kelapangan untuk mengumpulkan data.
Adapun kriteria evaluasi dalam
pendekatan saintifik terdapat pada tabel berikut ini:
Tabel Kriteria
Keberhasilan Program Pendekatan Saintifik
No
|
Komponen
|
Aspek
Yang
Dievaluasi
|
Kriteria
Evaluasi atau Standar Keberhasilan
|
|
Konteks
|
|
|
1
|
Landasan penyelenggaraan
|
Landasan penyelenggaraan
pendidikan di TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon
|
Adanya landasan konseptual,
praktik dan yuridis yang menjadi landasan dasar dalam penyelenggaraan
pendidikan di TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon
|
2
|
Tujuan
|
Tujuan Penyelenggaraan
|
Adanaya tujuan penyelenggaraan
pembelajaran yang lebih terperinci menjadi suatu tujuan khusus yang akan
dicapai
|
3
|
Metode pendidikan
|
Metode atau pendekatan
pembelajaran
|
Adanya dokumen yang menuliskan
tentang metode pendidikan yang dipilih TK Islam Al-Kahfi adalah pendekatan
saintifik
|
|
Masukan
|
|
|
4
|
Peserta didik
|
Proses rekruitmen peserta didik
|
- Latarbelakang
peserta didik dan alasan masuk TK Islam Al-Kahfi
- Persyaratan
administrasi lengkap
|
Kondisi peserta didik
|
- Peserta
didik diklasifikasikan sesuai dengan kelompok usia
- Jumlah
densitas disesuaikan dengan jumlah peserta didik
|
||
5
|
Tenaga pendidik dan tenaga
kependidikan
|
Jumlah guru
|
Rasio perbandingan guru dengan
peserta didik ditiap kelompok usia maksimal 1:20
|
Kualifikasi pendidikan untuk kepala
sekolah, guru krlas dan guru pendamping
|
-
Memiliki kualifikasi
akademik D4/S1 atau tersertifikasi serta memiliki kompetensi dasar sebagai
guru
-
Jurusan PG PAUD/TK
-
Menguasai
pembelajaran PAUD berdasarkan pendekatan saintifik dengan baik
-
Masa kerja mengajar
dengan pendekatan saintifik kurang lebih satu tahun
|
||
6
|
Sarana dan prasarana
|
Sarana dan prasarana penunjang
kegiatan pembelajaran
|
-
Sarana dan prasarana
secara umum disesuaikan dengan standar PAUD/TK
|
|
Proses
|
|
|
7
|
Perencanaan pembelajaran dengan pendekatan
saintifik
|
Perencanaan tahunan dan
semesteran
|
Disusun dan dirancang dengan
memperimbangkan kalender akademik dan menjadi acuan untuk membuat RKB
(silabus) dan RKH (lesson plan) serta di dokumentasikan dengan baik dan benar
|
Rencana kegiatan mingguan (RKM)
|
Adanya dokumen RKB (Silabus) yang
sesuai dengan tema pada perencanaan tahunan dan alokasi waktu disesuaikan
dengan kalender akademik
|
||
Rencana kegiatan harian (RKH)
|
Adanya dokumen RKH (lasson plan)
yang sesuai dengan rencana dalam silabus dan sesuai tema
|
||
8
|
Pelaksanaan pembelajaran dengan
pendekatan saintifik
|
Aktifitas guru kelas dalam
membimbing peserta didik
|
Guru memakai berbagai metode yang
bervariasi ketiak berinteraksi dengan peserta didik
|
Aktifitas guru dalam pembelajaran
tatap muka dengan peserta didik
|
-
Menjelaskan pijakan
sebelum bereksplorasi kepada peserta didik
-
Mengarahkan peserta
didik untuk melaksanakan pijakan saat bereksplorasi
|
||
Aktifitas peserta didik saat
bereksplorasi
|
Membimbing peserta didik untuk
menjalankan pijakan setelah bereksplorasi
|
||
Aktifitas peserta didik saat
disaat bereksplorasi
|
Terlaksananya aktifitas beajar
mandiri melalui eksplorasi disemua densitas dengan tertib
|
||
Supervisi oleh Kepala sekolah
|
Adanya briefing sebelum
pelaksanaan KBM dan Monitoring disaat KBM setiap harinya
|
||
|
|
Penilaian dengan pendekatan
saintifik
|
Adanya dokumen standar penilaian
dan teknik penilaian perekembangan anak
|
|
Hasil
|
|
|
9
|
Hasil belajar
|
Tingkat pencapaian perkembangan
anak
|
Dicatatnya perkembangan anak
dalam laporan perkembangan anak dan raport
|
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A.
Tujuan
Penelitian
Penelitian
evaluatif ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana efektifitas implementasi
pendekatan saintifik dalam rangka masukan atau perbaikan kepada lembaga
penyelenggara PAUD/TK yaitu TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon yang
melaksanakan pembelajarannya dengan menggunakan pendekatan saintifik dan juga
bagi pengelola lembaga PAUD/TK maupun Civitas akademisi yang serius mendalami
dunia pendidikan anak usia dini untuk dapat memberikan program PAUD/TK yang
bermutu dan berkualitas diwilayahnya dengan pendekatan pembelajaran yang sesuai
dengan budaya lokal.
B.
Tempat
dan Waktu Penelitian
Tempat
yang dilakukanuntuk mengadakan penelitian ini adalah di TK Islam Al Kahfi yang beralamat di Jl.Pondok Pesantren Nurul
Qur’an RT 002 RW 003 Dusun 03 Desa
Kudukeras Kecamatan Babakan kabupaten Cirebon yang keseluruhannya memiliki 3
kelas yaitu kelas A1 = 15 anak, Kelas A2 = 14 anak dan Kelas B = 6 anak. Kelas
A1 adalah anak yang berumur antara 3,11 tahun sampai 4,05 tahun. Anak kelas A2
adalah anak yang berusia antara 4,06 tahun sampai 4,11 tahun. Sedangkan anak
kelas B adalah anak yang berusia 5,00 tahun sampai 6 tahun.
C.
Pendekatan,
Metode dan Desain Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini
menggunakan metode evaluasi dengan pendekatan kualitatif. Dengan metode
evaluasi diharapkan peneliti mampu memberi penilaian terhadap pelaksanaan
pendekatan saintifik di TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon
yangdiselenggarakan sejak tahun 2013 hingga kini dan belum pernah dilakukan
penelitian evaluasi program sehingga belum diketahui secara mendalam
efektifitas tingakat pelaksanaan pendekatan saintifik tersebut.
Metode evaluasi digunakan untuk
mengetahui kualitas hal-hal, program dan sebagainya yang sudah terjadi,
biasanya melalui membandingkan dengan suatu standard. Adapun desain model dalam
penelitian ini disesuaikan dengan model evaluasi yang telah dibahas sebelumnya
yaitu model CIPP. Model ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi dasar
pembuatan keputusan dalam evaluasi sistem dengan analitis yang berorientasi
pada perubahan terencana.
Dalam evaluasi program desain penelitian
meruapakan suatu rencana tidakan untuk memperoleh data melalui pertanyaan
hingga kesimpulan, serta juga menjadi semacam kerangka berpikir evaluasi untuk
mengumpulkan data, melakukan interpretasi dan membuat kesimpulan atau
rekomendasi. Desain penelitian disusun untuk memberikan gambaran umum terhadap
proses evaluasi, dimulai dari tahap awal hingga pada tahap akhir penelitian.
Untuk itu, dalam penelitian ini nantinya akan ditelusuri secara cermat, mulai
dari aspek konteks, aspek masukan, aspek prosses, dan aspek produk, yang
semuanya ini berkaitan dngen implementasi pendekatan saintifik di TK Islam
Al-Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon. Berikut uraian singkat tentang desain
penelitian evaluatif ini :
1. Orientasi
Orientasi
dilakukan melalui penjajakan lapangan untuk mempermudah menentukan permasalahan
yang diteliti. Pada tahap ini dilakukan pra survey terhadap implementasi
pendekatan saintifik dan menentukan obyek konteks, fokus, tujuan, lingkup serta
acuan teori.
2. Fokus
( Pengumpulan data)
Tahap selanjutnya
setelah observasi di awal, yaitu menentukan informan dan menyiapkan alat
pengumpulan data. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah diri peneliti itu
sendiri.
3. Analisis
data
Analisis data dilakukan
selama pengumpulan data, setelah pengumpulan data maupun pada saat penyajian
data. Teknik pengumpulan data akan dijelaskan dibagian selanjutnya. Kemudian
dari hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan dari masing-masing aspek
berdasarkan model CIPP, dan untuk selanjutnya diberikan rekomendasi.
4. Penarikan
kesimpulan dan rekomendasi
Setelah analisis data
dilakukan, tahapan selanjutnya ialah penarikan kesimpulan dari aspek konteks,
masukan, proses dan produk. Berdasarkan kesimpulan tersebut peneliti dapat
memberikan rekomendasi pada lembaga yang diteliti.
D.
Instrumen
Penelitian
1. Kisi-kisi
instrumen
Instrumen
penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara atau pengamatan atau
daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden.[36]
Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode.[37]
Instrumen dikatakan sebagai alat untuk mengukur kemempuan dari responden. Dalam
suatu penelitian, instrumen juga sangat penting dalam membantu mengumpulkan
data, maka disebut juga instrumen pengumpulan data. Instrumen penelitian
berkaitan dengan kegiatan pengumpulan data dan pengolahan data, sebab instrumen
penelitian merupakan alat bantu pengumpulan dan pengolahan data tentang
variabel-variabel yang diteliti.[38]
Sebagai alat pengumpul data, instrumen berhubungan dengan teknik pengumpulan
data yang dipengaruhi oleh jenis metode penelitian. Berikut adalah kisi-kisi
instrumen yang dimuat dalam tabel selanjutnya.
Tabel Kisi-Kisi
Instrumen
No
|
Komponen
|
Indikator
|
Nomor butir
|
Jumlah butir
|
1
|
Landasan
penyelenggaraan
|
Adanaya
landasan konseptual, praktik dan yuridis berupa UU, peraturan pemerintah,
permendiknas
|
Studi
dokumentasi
No.1
Wawancara
Kepsek
No 1
|
2
|
2
|
Tujuan
|
Dokumen
tentang tujuan penyelenggaraan pembelajaran disetiap kelas
|
Study
dokumentasi
No 2
Waeancara
Kepsek
No 2
|
2
|
3
|
Metode
pemdidikan
|
Dokumen
tentang metode pendidikan
|
Study
dokumentasi
No 3
Waeancara
Kepsek
No 3
|
2
|
|
Masukan
|
|
|
|
4
|
Peserta didik
|
Latar belakang
peserta didik
-
Proses rekruitmen peserta didik
|
Angket orangtua
No 1-12
Wawancara Kepsek
No 5-7
Wawancara Pendidik
No 1, 2
|
17
|
5
|
Tenaga
pendidik dan tenaga kependidikan
|
Jumlah
pendidik sesuai dengan rasio
|
Wawancara Kepsek
No 8,9
Observasi
No 2
|
3
|
|
|
Tersedianya
dokuemn persyaratan pendidik dan tenaga kependidikan serta masa kerja
mengajak dengan pendekatan saintifik
|
Studi dokumentasi
No 5-6
Wawncara kepsek No 10
|
3
|
6
|
Sarana dan
prasarana
|
Ketersediaan
sarana dan prasarana secara umum
|
Observasi sarana No 1-10
Observasi prasarana
No1-24
|
37
|
|
|
Adanya
inventaris barang disetiap kelas
|
Studi dokumentasi No 7
|
|
|
Proses
|
|
|
|
7
|
Perencanaan
pembelajaran
|
Tersedia dokuemn
perencanaan tahunan, semesteran, RKM, dan RKH
|
Studi dokuemtasi No 8-11
Wawancara Kepsek No 13-21
Waeancara pendidik
No 4-9
Angket pendidik No 6-14
|
28
|
8
|
Pelaksanaan
pembelajaran dengan pendekatan saintifik
|
Aktifitas guru
kelas, melaksanakan pijakan lingkungan
|
Observasi No 1-2
|
5
|
|
|
Guru
menggunakan ragam metode variasi disetiap kegiatan
|
Wawqncara pendidik No 11,13
Angket pendidik No 16
Observasi No 3-7
|
15
|
|
|
Kemandirian
anak saat bereksplorasi
|
Observasi No 9-12
Angket pendidik No 21
|
5
|
|
|
Proses
penilaian demgan pendekatan saintifik
|
Studi dokumentasi No 12
|
7
|
|
|
Supervsi
Kepala sekolah
|
Observasi No 13
Wawancara Kepsek No 24-25
|
3
|
|
Hasil
|
|
|
|
9
|
Hasil belajar
|
Adanya dokumen
hasil pencapaian berupa raport
|
Studi dokumentasi No 13
|
15
|
|
Jumlah butir instrumen
|
155
|
2. Validasi
Instrumen
Validitas
adalah suatu ukuran yang menunjuakan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan
suatu instrumen.[39]
Dalam penelitian kualitatif validasi merupakan upaya pemeriksaan terhadap
akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur tertentu. Validasi
instrumen didefinisikan “Sejauh mana instrumen itu merekam atau mengukur apa
yang dimaksudkan untuk direkam atau diukur”. Validasi instrumen yang valid
berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid.
Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak
diukur. Validasi tidak berlaku universal, tergantung pada situasi dan tujuan
penelitian. Instrumen yang telah valid untuk suatu tujuan tidak otomatis akan
valid untuk tujuan yang lain. Beberapa pengertian diatas mempunyai kesamaan
yakni instrumen yang dipakai dalam penelitian haruslah dapat mengumpulkan
informasi yang benar.
Berdasarkan
penjelasan diatas, dalam penelitian ini sebelum instrumen digunakan terlebih
dahulu harus dilakukan validasi oleh para ahli atau pakar, dengan memberi
masukan dan saran-saran untuk penyusunan (kontruksi) instrumen. Para ahli yang
dimaksudkan adalah pembimbing dan atau penguji.
E.
Teknik
dan Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam
penelitian ini adalah sebagai berikut ini.
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data
observasi partisipasi pasif dimana peneliti datang ke tempat kegiatan,namun
tidak ikut terlibat di dalamnya. Kegiatan observasi ini bertujuan untuk
mengumpulkan data-data mengenai kegiatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan
pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan hambatan-hambatan yang ditemui guru
serta upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan-hambatan yang
ditemui selama proses pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik di TK
Islam Al Kahfi. Observasi yang dilakukan pada saat
proses perencanaan pembelajaran yaitu proses pembuatan RPP.Observasi
yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung meliputi kegiatan
pendahuluan atau kegiatan pendahuluan sampai kegiatan penutup. Peneliti juga
melakukan observasi terhadap teknik penilaian yang digunakan oleh guru, serta
kemungkinan hambatan-hambatan dan upaya yang dilakukan oleh guru untuk
mengatasi hambatan-hambatan yang ditemui saat proses pembelajaran berlangsung.
2.
Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada Guru TK
Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon. Hal ini
dilakukan untuk memperoleh data mengenai bagaimana implementasi Pendekatan
Saintifik dalam Kurikulum 2013 yang meliputi perencanaan pembelajaran,
pelaksanaan pembelajaran, penilaian pembelajaran. Selain itu, wawancara juga
dilakukan untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui guru kelas dalam
implementasi Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013 serta upaya-upaya yang
dilakukan oleh guru dalam menghadapi hambatan-hambatan tersebut sesuai hasil
observasi dan pendapat dari guru TK Islam Al KahfiBabakan Kabupaten
Cirebon.
3. Angket
Angket dalam penelitian ini diberikan kepada siswa TK
Islam Al Kahfi . Hal ini dilakukan untuk mengetahui
bagaimana respon siswa terhadap proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan Pendekatan
Saintifik. Dalam angket ini peneliti menggunakan skala Guttman sebagai skala
pengukuran. Jawaban setiap item yang menggunakan skala Guttman mempunyai dua
interval yaitu “ya” atau”tidak”. Respondennya adalah seluruh siswa TK
Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon.
4.
Studi
dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan untuk melengkapi penggunaan metode
observasi, wawancara dan angket dalam penelitian kualitatif. Studi dokumentasi
dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai perencanaan,
proses pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Studi dokumentasi
yang dilakukan mengenai perencanaan pembelajaran bertujuan untuk memperoleh
dokumen yang akan dijadikan data berupa RPP yang dibuat oleh guru TK
Islam Al KahfiBabakan Kabupaten Cirebon. Studi
dokumentasi mengenai pelaksanaan pembelajaran bertujuan untuk memperoleh
dokumen berupa gambar-gambar saat berlangsungnya proses pelaksanaan
pembelajaran. Sedangkan dokumentasi terkait penilaian pembelajaran bertujuan
untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan penilaian pembelajaran siswa TK
Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon.
F.
Teknik
Analisis Data
Penelitian evaluasi ini menggunakan
teknik analisa kualitatif dan anlisa deskriptif. Teknik analisis data adalah
proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil
wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah
dipahami dan temuannya dpat diinformasikan kepada orang lain. Dalam penelitian
ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan mixmethod yaitu dalam melakukan suatu evaluasi, tim evaluator
menggunakan metode penelitian campuran-kombinasi metode kuantitatif dan metode
kualitatif secara bersamaan dalam satu proses evaluasi.[40]
Untuk data kuantitatif akan menggunakan analisa deskriktif dalam bentuk angka
yang dituangkan dalam tabel frekuensi dan diagram batang, sedangkan data
kualitatif adalah data dalam bentuk deskriktif (kata-kata), foto, video,
rekaman, arsip, gambar dan lukisan. Dengan teknik analisis data dan uji
keabsahan data yang dilakukan dengan menggunakan beragam cara pada sumebr data
yang tersedia, maka diharapkan kebenaran data didapatkan menjadi benar-benar
valid dan reliabel.
DAFTAR PUSTAKA
Bailer, Jill. (2006). Teaching Science Process Skills-Middle
School. Michigan: Milestone.
Burden, Paul R. & Byrd, David M. (2013). Methods for
Effective Teaching:Meeting the Needs of all Students, Sixth Edition. USA:
Pearson.
Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum
2013. Yogyakarta: Gava Media.
Fadlillah, M. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Dalam
Pembelajaran SD/MI,SMP/MTs, & SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Hamalik,
Oemar. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
James
C Mc David dan Laura R.L Hawtron, Program
Evalution & Performance Measurement (An Introducion to Practice), (USA
: Sage Publications, 2006).
Hamrin, Merril & Melanie Toth. (2012). Pembelajaran Aktif
yang Menginspirasi:Buku Pegangan Lengkap untuk Masa Kini. (Alih Bahasa:
Bethari Anissa Ismayasari). Jakarta: PT. Indeks.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam
PembelajaranAbad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta:
Ghalia Indonesia.
Ismawati, Esti. (2012). Telaah Kurikulum dan Pengembangan Bahan
Ajar. Yogyakarta: Ombak.
Izzati,
Rita Eka dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Kemdikbud. (2014). Permendikbud No. 103 tahun 2014 tentang
PembelajaranPada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah. Jakarta:Kemdikbud.
Kemdikbud. (2014). Permendikbud No. 104tahun 2014 tentang
Penilaian HasilBelajar Oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan
Menengah.Jakarta:
Kemdikbud. Kurniasih,
Imas & Sani Berlin. (2014). Implementasi Kurikulum 2013: Konsep
&Penerapan. Surabaya: Kata Pena.
Martin, David Jerner. (2006). Elementary Science Methods: A
ConstructivistApproach, Fourth Edition. USA: Thomson Wadsworth.
Muslich, Masnur. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi
danKontekstual. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Nasution, S. (2009). Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: PT. Bumi
Aksara.
Riyanto, Yatim. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran sebagai
Referensi bagiGuru/ Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif
danBerkualitas. Jakarta: Kencana.
Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan
ProfesionalismeGuru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sadiman, S. (2006). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan,
danPemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sagala, Syaiful. (2013). Konsep dan Makna Pembelajaran.
Bandung: Alvabeta.
Sani, Abdullah Ridwan. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk
ImplementasiKurikulum 2013. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Santrock, John W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan
Masa Hidup,Edisi 5, Jilid I. (Alih Bahasa: Juda Damanik dan Achmad Chusairi).
Jakarta: Erlangga.
Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar.
Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2001 ). Kamus Besar Bahasa
Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Warsono dan Hariyanto. (2013). Pembelajaran Aktif. Bandung:
PT Remaja Rosdakarya.
Winataputra, Udin S., dkk. (2008). Teori Belajar dan
Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Yulaelawati, Ella. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran.
Bandung: Pakar Ray
[2]Umar Tirtaraharja, Pengantar Pendidikan (Jakarta : Raineka Cipta, 2005), h. 269.
[3]Jamal Ma’mur Asmani, Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini (Jogjakarta : DIVA
Press, 2009), h. 145.
[4]Elaine B. Johnson, Contextual Teaching & Learning (Bandung : Mizan Learning
Centre, 2007), h. 19.
[5]Jamal Ma’mur Asmani, loc. Cit., h. 146.
[6]
Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara, 2014, Hal 1
[7]James C Mc David dan Laura R.L Hawtron, Program Evalution & Performance
Measurement (An Introducion to Practice), (USA : Sage Publications, 2006).
h.3
[8]John M Owen, Program Evaluation (Form and Approaches) Third Edition, (Australia
: Allen & Unwin, 1993), h.9
[9]Carol H Weiss, Evaluation Research (Methods For Assesssing Program Effectiveness, (New
Jersey : Prentice-Hall, 1972), h.1
[10]Farida Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan
Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta, 2008). h.3
[13]
H. Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta,
PT. Asdi Mahasatya, 2012), h.2-4
[14]Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan,
(Bandung : Alfabeta, 2013), h.109
[15]Jody L Fitzpatrick, James R Sanders, and
Blane R Worthen, Program Evaluation
(Alternative Approaches and Practical Guidelines), (USA : Pearson
Education, 2004), h.28
[16]Martin, David
Jerner, Elementary Science Methods: A ConstructivistApproach, Fourth Edition.(USA
: Thomson Wadsworth, 2006). h.67
[17]Fadlillah, M, Implementasi
Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,SMP/MTs, & SMA/MA,(Yogyakarta :
Ar-Ruzz Media 2014). h.176
[18]Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, (Yogyakarta:
Gava Media 2014).h.51
[19]Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung: Alvabeta
2013).h.69
[20]Sani, Abdullah Ridwan, Pembelajaran Saintifik untuk ImplementasiKurikulum
2013. (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2014). h.54
[21]Hosnan, M., Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam
PembelajaranAbad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. (Jakarta:
Ghalia Indonesia 2014). h.39
[22]Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013.
(Yogyakarta: Gava Media 2014). h.60
[23]
Permendikbud No. 103, Tentang
Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah. (Jakarta:Kemdikbud 2014). h.5
[24]Bailer, Jill., Teaching Science Process Skills-Middle School.
(Michigan: Milestone 2006). h.8
[25]Hosnan, M., Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam
PembelajaranAbad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. (Jakarta:
Ghalia Indonesia 2014). h.4
[26]Sadiman, S., Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, danPemanfaatannya.
(Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 2006). h.17-18.
[27]Hosnan, M., Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam
Pembelajaran Abad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. (Jakarta :
Ghalia Indonesia 2014). h.50
[28]Sani, Abdullah Ridwan, Pembelajaran Saintifik untuk
ImplementasiKurikulum 2013. (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2014). h.62
[29]Hosnan, M., Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam
Pembelajaran Abad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. (Jakarta :
Ghalia Indonesia 2014). h.63-64
[30]
Permendikbud No. 103, Tentang
Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah. (Jakarta:Kemdikbud 2014). h.5
[31]Endang Mulyatiningsih, Op Cit, h.112
[32]Suharsimi
Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan. (Jakarta,
PT Bumi Aksara, 2014). h.63
[33]Nasution, Kurikulum & Pengajaran (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2012, h.95.
[34]Marvin C. Alkin, Evaluation Roots Tracing TheoristsViews and Influences (USA : Sage
Publication Inc., 2004), h.245
[36]Myrnawati, metodologi penelitian bagi
pemula, (jakarta : gramedia, 2016), h.
[37]Ibid, h.
[38]M. Subana, dasar-dasar penelitian ilmiah(
Bandung: pustaka setia, 2006)h.127
[39]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik (Jakarta PT. Rineka
Cipta, 2006).h.168
[40]Wirawan, Evaluasi : Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi (Jakarta :
Rajawali Press, 2012), h.160
Tidak ada komentar:
Posting Komentar