Jumat, 17 Februari 2017

PROGRAM IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK



PROGRAM IMPLEMENTASI PENDEKATAN SAINTIFIK

BAB I
PENDAHULUAN

A.    Latar Belakang Masalah
Pendidikan perlu diberikan kepada anak sejak usia dini. Pendidikan anak usia dini merupakan tahapan yang paling fundamental dalam membantu kerangka dasar bagi pertumbuhan dan perkembangan anak. Sebagaimana didefinisikan dalam UU RI Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional yang menyatakan bahwa Pendidikan Anak Usia Dini adalah suatu upaya pembinaan yang ditunjukan kepada anak sejak lahir sampai dengan usia enam tahun yang dilakukan melalui pemberian rangsangan pendidikan untuk membantu pertumbuhan dan perkembangan jasmani dan rohani agar anak memiliki kesiapan dalam memasuki pendidikan lebih lanjut. Pemberian rangsangan pendidikan inilah yang kemudian perlu didesain, dirangsang dan disusun dengan seksama sehingga menjadi seperangkat pedoman terencana secara sistematik.

Kurikulum Pendidikan anak usia dini adalah pendidikan yang menitikberatkan pada peletakkan dasar pertumbuhan dan perkembangan, baik perkembangan fisik dan motorik (motorik halus dan kasar), kognitif, sosial emosi (sikap dan perilaku), moral agama, dan bahasa, sesuai dengan keunikan, karakteristik dan tahapan perkembangan anak. Keberhasilanproses pendidikan pada masa usia dini, menjadi dasar keberhasilan proses pendidikan selanjutnya.
Seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu disebut Kurikulum.[1] Konsep sistem pendidikan nasional direalisir melalui kurikulum. Kurikulum memberi bekal pengetahuan, sikap, dan keterampilan kepada peserta didik.[2] Kurikulum yang benar akan menghasilkan pengajaran dan kegiatan yang terpadu dan holistik yang mengarah kepada visi dan visi lembaga pendidikan yang dicanangkan.[3]
Sebagaimana dikatakan sebelumnya, kurikulum adalah seperangkat rencana dan pengaturan mengenai tujuan, isi dan bahan pelajaran serta cara yang digunakan sebagai pedoman penyelenggaraan kegiatan pembelajaran untuk mencapai tujuan pendidikan tertentu. Tujuan tertentu ini meliputi tujuan pendidikan nasional serta kesesuaian dengan kekhasan, kondisi dan potensi daerah, satuan pendidik dan peserta didik. dikatakan juga oleh Robert. S. Zais bahwa kurikulum adalah sistem sosial yang berujung pada sebuah rencana untuk pengajaran.[4] Untuk itu, kurikulum bersifat komprehensif, yaitu kurikulum harus menyediakan pengalaman belajar yang meningkatkan perkembangan anak secara menyeluruh dalam berbagai aspek perkembangan.[5] Oleh sebab itu, kurikulum disusun oleh satuan pendidikan untuk memungkinkan penyesuaian program pendidikan dengan kebutuhan dan potensi yang ada didaerah. Pendidikan merupakan tanggung jawab bersama antara keluarga, masyarakat dan pemerintah. Oleh karenanya, pendidikan di Indonesia diselenggarakan melalui tiga jalur pendidikan, yaitu: formal, nonformal, dan informal pada setiap jenjang dan jenjang pendidian. Keluarga meruapakan salah satu jalur pendidikan informal selain lingkungan.
Dalam hal ini, sekolah sebagai satuan pendidikan memiliki otoritas penuh untuk mendesain program pendidikan yang disesuaikan dengan karakteristik dan potensial daerah dan dimana sekolah itu berdiri dan terselenggara. Sebagai lingkungan pendidikan yang teratur dan terencana, sekolah telah ditata sedemikian rupa sehingga memungkinkan terjadinya proses pendidikan. Sekolah telah melengkapi dirinya, baik dari tatanan fisik (ruang kelas, kantor, ruang perpustakaan, laboratorium, dan lapangan olah raga) maupun dari tatanan non fisik seperti filsafat pendidikan sekolah, kurikulum, tenaga pendidik, media, sumber belajar dan bahan ajar agar peserta didik dapat memperoleh penguasaan ragam pengetahuan, keterampilan dan nilai-nilai.
Dalam proses pembuatan kurikulum, setiap satuan pendidikan (sekolah) mengacu pada Permendiknas No. 58 tahun 2009. Standar PAUD yang tetuang dalam Permendiknas inilah dijadukan standar acuan minimal untuk merancang, menyusun dan melaksanakan kurikulum. Standar acuan minimal artinya kurikulum bisa diubah dengan menambahkan kajian standar kompetensinya, memperdalam kajiannya atau bahkan menggradasikannya dengan model-model pembelajaran yang diyakini tapi tetap harus sesuai dengan karakteristik dan tahapan perkembangan anak. Fakta pelaksanaan pendidikan di TK/RA ada tiga ragam kurikulum yang digunakan oleh lembaga pendidikan negeri maupun swasta. Ketiga ragam kurikulum tersebut adalah kurikulum nasional, kurikulum nasional dipadukan dengan model pembelajaran, dan kurikulum berciri khas.
Kurikulum nasioanal adalah kurikulum yang selama ini dibuat oleh pemerintah. Diantaranya Kurikulum 1968, Kurikulum 1975, Kurikulum 1984, Kurikulum 1994, Kurikulum 2004, dan KTSP. Kurikulum ini biasa disebut sebagai kurikulum konvensional. Konvensional diambil dari kata dasar “konvensi” yang artinya kesepakatan. Kurikulum seperti ini yakni kurikulum yang diberlakukan secara nasional diwilayah Negara Republik Indonesia. Dari Sabang sampai Merauke, lembaga-lembaga sekolah memakai kurikulum pemerintah tersebut dan mengikuti kesepakatan-kesepakatan didalamnya, termasuk pada Delapan Standar Nasional Pendidikan, yaitu : (1) Standar Kompetensi Lulusan; (2) Standar Isi; (3) Standar Proses; (4) Standar Pendidikan; (5) Standar sarana dan Prasarana; (6) Standar Pengelolaan; (7) Standar Pembiayaan Pendidikan; (8) Standar Penilaian Pendidikan.
Sekolah-sekolah yang menggunakan kurikulum nasioanal dipadukan dengan model pembelajaran adalah sekolah yang melaksanakan pendidikan sesuai dengan aturan kurikulum generik atau nasional, dalam hal ini lebih dititik beratkan pada standar isi mata pelajarannya. Maksudnya TK/RA tersebut tetap memakai standar isi yang dibuat oleh pemerintah yang sifatnya generik (nasional). Namun letak perpaduannya dengan model pembelajaran adalah dari segi standar proses. TK/RA dengan pola kurikulum ini akan membangun sendiri standar proses pembelajaran yang mereka sajikan dan kembangkan untuk anak didiknya haruslah sesuai dengan kajian-kajian model pembelajaran untuk TK/RA.
Kurikulum berciri khas adalah sebutan untuk kurikulum yang memang dirancang, diolah, disusun digunakan dan dikembangkan oleh suatu lembaga pendidikan yang memiliki idealisme tinggi. Artinya, TK/RA tersebut melaksanakan pendidikan sesuai dengan analisis kurikulum lembagayang bersangkutan serta acuan model pendidikan untuk sekolah mereka. TK/RA seperti ini benar-benar merancang kurikulum sendiri yang pastinya terkait dengan standar isi khususnya pada standar isi mata pelajaran. Mereka akan lebih idealis dan memiliki standar isi mata pelajaran yang sesuai dengan hasil analisis perkembangan anak. Bahkan standar kompetensi lulusannya pun telah dirancang berdasarkan DAP (Development Appropriate Practice). DAP merupakan proses kegiatan (praktik) yang dilakukan praktisi (pendidik/guru) dalam memberikan pembelajaran yang sesuai dengan karakteristik dan tahapan perkembangan anak didiknya.
Terdapat berbagai macam pendekatan dalam penyelenggaraan pendidikan anak usia dini berbasis metode bermain yang dilaksanakan dilembaga-lembaga pendidikan di indonesia. Salah satu diantara pendekatan itu adalah saintifik yang merupakan hasil pengembangan dari metode montessori. Dimana pendekatan saintifik tersebut menekankan pada pembentukan makna dan membuat ide dari simbol yang dipahami oleh siswa/murid. Selain dari pada itu metode pendekatan saintifik juga lebih menyenangkan karena siswa dapat bereksplorasi sehingga anak lebih dapat memahami konsep pembelajaran. Pijakan yang diberikan sebelum dan sesudah anak bermain dan bereksplorasi dilakukan dalam setting duduk melingkar kemudian diadakan diskusi antara guru dan siswa sehingga menambah penghargaan anak dan memperkuat komunikasi dengan anak, selanjutnya pijakan lainnya adalah pijakan selama anak bereksplorasi dimana anak akan melihat dan mempelajari objek-objek yang ada disekitar sangat bermanfaat dalam bahan untuk dijadikan pembelajaran.
Sebagaimana telah dikatakan diatas sebelumnya bahwa TK Islam Al Kahfi adalah satu dari beberapa sekolah yang diakui Direktorat PAUD sebagai sekolah yang telah menerapkan pendekatan saintifik. Sekolah ini memiliki idealisme untuk menyusun kurikulumnya sendiri dengan menyesuaikan kondisi dan potensi daerah dilingkungan TK Islam Al Kahfi.
Kondisi dalam masa menuju kematangan konsep dan implementasi kurikulum berciri khas ini tidak serta merta diperoleh begitu saja tanpa perjuangan. Berdasarkan binaan Bapak Ma’mun, S.Pd., M.M sebagai Pencetus sekaligus Ketua Yayasan Al-kahfi Babakan Kabupaten Cirebon, maka sejak didirikannya TK Islam Al Kahfi ditahun keempat belum pernah diadakan evaluasi program.
Berdasarkan uraian diatas maka peneliti merasa perlu melakukan penelitian di TK Islam Al Kahfi agar program lembaga pendidikan yang ada dinaungan Yayasan Al-Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon dapat berlangsung dan berkembang lebih baik dikemudian hari.

B.     Fokus Penelitian
Berdasarkan latar belakang masalah diatas, maka fokus penelitian adalah Program Implementasi Pendekatan Saintifik yang dilaksanakan di TK Islam Al Kahfi. Komponen yang dipakai untuk melihat efektifitas program meliputi : konteks (context), masukan (Input), Proses (Process) dan hasil (Product).
C.    Perumusan Masalah
Masalah peneliti ini menitik beratkan pada evaluasi terhadap kesesuaian dan efektifitas pelaksanaan pendekatan saintifik di TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon ditinjau dari komponen-komponen konteks (context), masukan (Input), Proses (Process) dan hasil (Product). Adapun rumusan masalahnya sebagai berikut :
1.      Aspek Konteks (Context)
Bagaimanakah kesesuaian landasan pemikiran dan tujuan penyelenggaraan pembelajaran dengan pendekatan saintifik di TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon?
2.      Aspek Masukan (Input)
Bagaimanakah kesesuaian kondisi peserta didik, jumlah dan kompetensi tenaga pendidik serta kecukupan sarana dan prasarana untuk mendukung kegiatan pembelajaran dengan pendekatan saintifik diTK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon?
3.      Aspek Proses (Process)
Bagaimanakah kesesuaian perencanaan pembelajaran, pelaksanaaan pembelajaran, serta penilaian pembelajaran dengan menggunakan pendekatan saintifik diTK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon?
4.      Aspek Hasil (Product)
Bagaimanakah kesesuaian proses penilaian hasil belajar peserta didik dengan konsep pendekatan saintifik di TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon?

D.    Kegunaan Hasil Penelitian
Penelitian ini diharapkan bermanfaat bagi :
1.      Peneliti
Hasil penelitian ini diharapkan dapat mengetahui kesesuaian dan efektifitas penggunaan pendekatan saintifik diTK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon, serta dapat menggambarkan ragam keunikan yang diterapkan dengan pendekatan saintifik yang dapat menambah referensi pengembangan konsep dan teori pembelajaran pendidikan anak usia dini;
2.      Pengelola dan Pendidik TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan umpan balik bagi pengelola TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon dalam mengintregasikan nilai-nilai religius melalui kegiatan bermain dan bereksplorasi dengan pendekatan saintifik serta menyempurnakan konsep maupun implementasinya;
3.      Orangtua Murid TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon
Hasil penelitian ini diharapkan dapat memberikan gambaran bagi orangtua tentang proses pembelajaran diTK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon sehingga memberikan dukungan optimal kepada anak dalam proses pembelajaran;
4.      Pengelola TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi acuan bagi pengelola TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon khususnya yang menggunakan pendekatan saintifik dalam melaksanakan tugas, peran dan fungsi sebagai pengelola;
5.      Pemerintah
Hasil penelitian ini diharapkan dapat dijadikan informasi dan masukan bagi pemerintah dalam upaya melaksanakan evaluasi program pendekatan saintifik yang diterapkan di indonesia khususnya yang sudah dilaksanakan oleh TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon dan umumnya untuk lembaga-lembaga PAUD se indonesia yang akan menerapkan pembelajaran dengan pendekatan saintifik;
6.      Masyarakat
Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadikan bahan refleksi bagi masyarakat, khususnya akademisi yang ingin mengkaji atau meneliti kembali kesesuaian dan efektifitas pendekatan saintifik.












BAB  II
KAJIAN TEORITIK

A.    Konsep Evalusi Program
1.      Pengertian Evaluasi
Beberapa penegrtian yang dikemukakan oleh beberapa pakar akan menghantarkan pada sebuah pemahaman mengenai pengertian evaluasi tersebut. Secara redaksional beberapa pengertian tersebut tampak berbeda, namun demikian pengertian-pengertian tersebut akan mengarah pada satu persamaan esensi pengertian mengenai evaluasi.
Evaluasi merupakan kegiatan identifikasi program yang telah dilaksanakan untuk melihat tingkat efisiensi pelaksanaan program. Evaluasi pembelajaran merupakan proses pengukuran dan penilaian terhadap beberapa kemampuan anak pembelajaran seperti pengetahuan, sikap dan keterampilan untuk membuat keputusan tentang kemampuan anak. Selanjutnya evaluasi pembelajaran pula merupakan suatu proses yang sistematis untuk menentukan atau membuat keputusan terhadap keterjapaian tujuan pemebalajaran yang dirasakan secara langsung oleh anak.
Evaluasi berasal dari kata evaluation dalam bahasa inggris selanjutnya kata tersebut diserap ke dalam perbendaharaan istilah dalam bahasa Indonesia yang berarti pengukuran. Selanjutnya menurut AS Hornby dalam Arikunto, definisi yang dituliskan  dalam kamus Oxford advanced learner’s dictionary of current English. Evaluasi adalah to find out, decide the amount or value yang artinya suatu upaya untuk menentukan nilai atau jumlah.[6] Berdasarkan definisi tersebut dapat disimpulkan bahwa untuk melakukan tindakan evaluasi harus dilakukan secara hati-hati, bertanggung jawab, menggunakan strategi, dan dapat dipertanggung jawabkan.
Ditegaskan oleh David dan Hawtron bahwa Evaluation can be viewed as a structured process that creates and synthesize information intended to reduce the level of uncertainty for stakeholders about a given program or policy.[7] Evaluasi dapat dicermati sebagai proses untuk membuat dan mensintesis informasi sebagai upaya untuk mengurai derajat ketidakpastian mengenai program atau kebijakan. Aspek tambahan dalam pengertian tersebut adalah harus adanya proses analisis terhadap data yang dikumpulkan, hal demikian dimaksudkan agar data yang dikumpulkan dapat dipergunakan berdasar dan sesuai dengan tujuan serta memberikan kemnatapan dalam mengambil keputusan.
Berlanjut pada pengertian yang disampaikan oleh Owen, Evaluation as the process of making a judgement about a value or woth of an object under review.[8] Evaluasi merupakan proses untuk membuat keputusan mengenai nilai dan manfaat mengenai suatu objek, pengertian tersebut menyatakan bahwa evaluasi merupakan sebuah proses asesment yang dilaksanakan secara cermat mengenai kemanfaatan, kebaikan, dan  nilai suatu struktur administratif, luaran dan dampak dari sebuah intervensi yang dilaksanakan badan pemerintahan dengan tujuan untuk mengatasi berbagai tantangan dimasa depan dan berbagai situasi yang terjadi. Hal tersebut didukung oleh pengertian yang disampaikan oleh Weiss,
Evaluation is an elastic word that stertches to cover judgemens of many kinds. The purpose of evaluation research is to measure the effects of a program against the goals it set out to accomplish a means of contributing to subsequent decision making about the program and improving future programming.[9]
Evaluasi merupakan sebuah kata yang sering digunakan untuk menyatakan pengambilan keputusan tentang segala sesuatu. Tujuan penelitian evaluasi untuk mengukur dampak pelaksanaan program terhadap tujuan yang telah ditetapkan sehingga akan memberikan informasi bagi pengambilan keputusan dan peningkatan kualitas program dimasa selanjutnya.
Pengertian terakhir mengenai evaluasi dalam kajian ini diambil dari pengertian yang disampaikan oleh Ralph Winfred Tyler, yang mempopulerkan istilah educational avaluation (evaluasi pendidikan). Tyler memfokuskan pengertian tentang evaluasi pada evaluasi yang berkaitan dengan pendidikan. Menurutnya, evaluasi adalah sebuah usaha untuk melihat kesesuaian antara tujuan-tujuan pembelajaran yang telah ditetapkan diawal dengan proses pembelajaran yang dilaksanakan sehingga akan diperoleh hasil yang dapat membantu untuk memperbaiki pelaksanaan proses pembelajaran maupun untuk memberikan informasi kepada pihak-pihak terkait yang membutuhkan. Titik fokus dari pengertian ini adalah kesesuaian antara proses dengan tujuan yang telah ditetapkan apabila dilihat pada aspek tujuan evaluasi, maka pengertian yang disampaikan oleh Tyler dalam Tayibnapis, ini tidak jauh berbeda dengan pengertian sebelumnya, yaitu upaya perbaikan dan penyusunan informasi yang bermanfaat bagi berbagai pihak yang membutuhkan.[10]
Berdasarkan beberapa pengertian tersebut maka dapat disintesiskan menjadi sebuah pengertian evaluasi. Evaluasi merupakan sebuah proses asesmen yang cermat mengenai suatu objek atau subjek dengan tujuan untuk mengumpulkan data atau informasi yang dilanjutkan untuk dianalisis kesesuaiannya dengan indikator-indikator evaluasi dengan tujuan untuk melihat kemanfaatan dan nilai, perbaikan atau informasi yang bermanfaat mengenai objek atau subjek tersebut.

2.      Pengertian Evaluasi Program
Selanjutnya Apakah evaluasi program itu, menurut Arikunto. Evaluasi program adalah suatu rangkaian kegiatan yang dilakukan dengan sengaja untuk meningkatkan keberhasilan program. Pengertian program sendiri merupakan suatu rencana.yang dirancang dengan seksama.[11] Dengan demikian berdasarkan definisi diatas dapat diketahui dalam melakukan suatu program evaluasi pada kegiatan yang dimaksudkan untuk mengetahui seberapa tinginya keberhasilan dari kegiatan yang dihasilkan.
Selanjutnya evaluasi mengidentifikasi dalam tiga kerangka dasar, yaitu evaluasi pembelajaran, evaluasi program dan evaluasi system. Menurut pramono, Evaluasi program memiliki cangkupan yang cukup luas. Berangakat dari evaluasi kurikulum hingga evaluasi program secara lebih rinci yang ada pada tiap-tiap bidang studi. Evaluasi program ini selalu berkaiatan dengan proses penyegaran program.[12] Berdasarkan definisi diatas evaluasi program bertujuan untuk menyegarkan suatu program yang telah direncanakan oleh sekolah sebelum proses belajar mengajar dimulai.
Menurut Cronbach dalam Daryanto, dijelaskan di dalam bukunya Designing Evaluator of Educational and Social Program, menegaskan 12 prinsip-prinsip dasar evaluasi yang peneliti persempit pengertiannya sebagai berikut evaluasi program adalah upaya menyediakan informasi untuk disampaikan kepada pengambil keputusan serta menegaskan bahwa meskipun evaluator menyediakan informasi, evaluator bukan lah pengambil keputusan tentang suatu program.[13] Berdasarkan definisi diatas evaluasi program merupakan metode yang sistemastis untuk mengumpulkan data dan analisis data, dan menggunakan informasi yang diperoleh dari penelitian tersebut untuk menjawab pertanyaan seberapa tinggi efektifitas dan efisiensi dari suatu proyek, kebijakan danprogram-program.
Selain ketercapaian atau keberhasilan program, jika dilihat dari definisi evaluasi maka ada unsur penentuan keputusan terhadap keberlangsungan objek evaluasi. Definisi yang disampaikan Mulyatiningsih menunjukan proses akhir dari sebuah evaluasi program, adalah menentukan keputusan mengenai pelaksanaan program itu sendiri.[14] Jadi dalam pengertiannya evaluasi program merupakan sebuah rangkaian proses yang berisi kegiatan pengumpulan data dan informasi berkaitan dengan program dengan tujuan untuk membuat keputusan tentang program yang diievaluasi. Keputusan tersebut berupa rekomendasi untuk melanjutkan, memperluas, memperbaiki atau justru menghentikan implementasi program tersebut.
Joint Committe on standards for educational Evaluational menyatakan bahwa “Program evaluation is an evaluation that assess educational activites which provide service on a continuing basis and often involve curicular offering”. Evaluasi juga merupakan aktifitas yang mampu menyediakan informasi bagi peningkatan program, menciptakan kinerja yang lebih efektif, mendorong terjadinya interaksi yang lebih bermakna antar stakeholder dan memberikan peluang pencapaian tujuan program yang lebih efektif.[15] Dari definisi ini dapat ditangkap sebuah makna yang menunjukan bahwa evaluasi program sangat bermanfaat dalam memberikan informasi atau data secara berkelanjutan. Dalam istilah lainnya, ketika program diharapkan untuk berlangsung secara baik dan konsisten bahkan mengalami sebuah kemajuan maka evaluasi program perlu senantiasa dilaksanakan untuk mendukung serta kehidupan program itu sendiri. Tanpa adanya sebuah evaluasi maka perbaikan terhadap program adalah sebuah kemustahilan. Sehingga pada akhirnya harapan terjadinya kesuksesan suatu program merupakan hal yang sulit untuk dicapai.
Berdasarkan beberapa pendapat diatas dapat ditarik kesimpulan bahwa pengertian evaluasi program adalah suatu proses yang sistematis untuk melihat efektivitas, efisiensi, memonitor jalannya serta kemajuan suatu kegiatan, dan melakukan pengukuran dan penilaian di akhir kegiatan apakah kegiatan tersebut memberi dampak dan perubahan sesuai dengan hal yang ingin dicapai.

B.     Pendekatan Saintifik
1.      Pengertian Pendekatan Saintifik
Pendekatan Saintifik adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran tersebut dilakukan melalui proses ilmiah. Dalam proses ilmiah, siswa mengkonstruk pengetahuan dengan menanya, melakukan pengamatan, melakukan pengukuran, mengumpulkan data, mengorganisir dan menafsirkan data, memperkirakan hasil, melakukan eksperimen, menyimpulkan dan mengkomunikasikan. [16]
Menurut Fadlillah M, Pendekatan Saintifik adalah pendekatan pembelajaran yang dilakukan melalui proses mengamati (observing), menanya (questioning), mencoba (experimenting), menalar (associating), dan mengkomunikasikan (communication).[17]Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, peneliti menyimpulkan bahwa Pendekatan Saintifik adalah pendekatan yang digunakan dalam pembelajaran melalui 50 proses ilmiah yang dilakukukan melalui kegiatan mengamati, menanya, mencoba, menalar, dan mengkomunikasikan.
Kurikulum 2013 menggunakan pendekatan saitifik karena pendekatan ini dinilai sesuai untuk mengembangkan kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan siswa. Pembelajaran dengan Pendekatan Saintifik adalah proses pembelajaran yang dirancang sedemikian rupa agar siswa secara aktif mengkonstruk konsep, hukum atau prinsip melalui tahapan-tahapan mengamati (untuk mengidentifikasikan atau menemukan masalah), merumuskan masalah, mengajukan atau merumuskan hipotesis, mengumpulkan data dengan berbagai teknik, menganalisis data, menarik kesimpulan dan mengkomunikasikan konsep, hukum atau prinsip yang “ditemukan”. [18]Pendekatan Saintifik dimaksudkan untuk memberikan pemahaman kepada siswa dalam mengenal, memahami berbagai materi menggunakan Pendekatan Saintifik. Pembelajaran diarahkan untuk mendorong siswa mencari tahu dari berbagai sumber melalui pengamatan, bukan sekedar diberikan oleh guru. Tujuan dari pendekatan ini adalah siswa mampu memecahkan masalah yang akan dihadapi di kehidupan sehari-hari dengan baik.[19]
Langkah-langkah Pendekatan Saintifik dalam proses pembelajaran adalah mengamati, menanya, mengumpulkan informasi/mencoba, menalar/mengasosiasi, dan mengkomunikasikan. Berikut ini dalah gambar masing-masing langkah-langkah yang dilakukan dalam pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik.
a.     Ranah sikap menggamit transformasi materi pelajaran agar peserta “tahu mengapa”;
b.    Ranah keterampilan menggamit transformasi materi pelajaran agar peserta “tahu bagaimana”;
c.     Ranah pengetahuan menggamit transformasi materi pelajaran agar peserta “tahu apa”;
d.    Hasil akhir yang diharapkan adalah peningkatan dan keseimbangan antara kemampuan untuk menjadi manusia yang baik (soft skills) dan manusia yang memiliki kecakapan serta pengetahuan untuk hidup layak (hard skills) dari siswa yang meliputi kopetensi sikap, pengetahuan, dan keterampilan;
e.     Hasil belajar melahirkan siswa yang produktif, kreatif, inovatif, dan afektif melalui penguatan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang terintegrasi;
Kelima kegiatan/langkah pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik diimplementasikan pada saat memasuki kegiatan inti pembelajaran. Penjelasan untuk langkah-langkah/kegiatan-kegiatan yang dilakukan dalam pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik adalah sebagai berikut :

a. Mengamati
Pengamatan atau observasi adalah menggunakan panca indera untuk memperoleh informasi.[20]Menurut Hosnan, mengamati adalah kegiatan studi yang disengaja dan sistematis 53 tentang fenomena sosial dan gejala-gejala psikis dengan jalan pengamatan dan pencatatan. Peneliti mengartikan mengamati sebagai kegiatan mencari informasi tentang fenomena sosial dan gejala-gelaja psikis menggunakan panca indera dengan cara pengamatan dan pencatatan.[21]
Kegiatan mengamati mengutamakan proses pembelajaran yang bermakna. Menurut Daryanto, metode mengamati sangat bermanfaat bagi pemenuhan rasa ingin tahu siswa, sehingga proses pembelajaran memiliki kebermaknaan yang tinggi. Metode ini memiliki keunggulan tertentu, diantaranya: menyajikan media atau objek secara nyata, menantang/menarik rasa ingin tahu siswa, serta pelaksanaannya yang mudah. Metode ini sangat tepat untuk memenuhi rasa ingin tahu siswa, sehingga menimbulkan proses pembelajaran yang bermakna.[22]
Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, menyebutkan bahwa aktivitas mengamati dilakukan melalui kegiatan membaca, mendengar, menyimak, melihat, menonton, dan sebagainya. Peran guru adalah memfasilitasi siswa untuk melakukan proses mengamati.[23] Guru bisa menyajikan media berupa gambar, video, benda nyata, miniatur, dll. Guru memfasilitasi peserta didik untuk memperhatikan (melihat, membaca, mendengar) hal yang penting dari suatu benda/objek. Siswa mengamati objek/media yang akan dipelajari atau digunakan saat pembelajaran. 54 Kompetensi yang ingin dikembangkan dari kegiatan ini adalah melatih ketelitian, kesungguhan, dan mencari informasi.
Observasi bertujuan untuk mendiskripsikan setting yang dipelajari, aktivitas-aktivitas yan berlangsung, orang-orang yang terlibat dalam aktivitas, dan makna kejadian dilihat dari perspektif mereka terlibat dalam kejadian yang yang diamati tersebut.
Langkah-langkah dalam melakukan kegiatan mengamati adalah sebagai berikut :
a.       Mengetahui/memperoleh pengetahuan yang akan diobservasi;
b.      Membuat pedoman observasi atau sesuai dengan lingkup objek yang akan diobservasi.;
c.       Menentukan data yang perlu diobservasi;
d.      Menentukan tempat objek yang akan diobservasi;
e.       Menentukan bagaimana observasi akan dilakukan;
f.       Menentukan cara melakukan pencatatan atas hasil observasi.
Siswa melakukan pengamatan terhadap benda untuk mengetahui karakteristiknya, misal: warna, volume, bau, bentuk, tekstur, berat, dan suaranya. Benda memiliki karakteristik yang berbeda jika terkena pengaruh lingkungan. Perilaku manusia juga bisa diamati oleh siswa. Pengamatan terhadap perilaku manusia dilakukan untuk mengetahui kebiasaan, sifat, respon, pendapat, dan karakteristik lainnya.
Pengamatan dapat dilakukan secara kualitatif maupun kuantitatif. Jill Bailer, dkk menyatakan bahwa hasil dari pengamatan kualitatif berupa deskripsi dan pengamatan kuantitatif berupa hasil pengukuran. Pengamatan kuantitatif untuk melihat perilaku manusia atau hewan dilakukan dengan cara menghitung banyaknya kejadian.[24]
Guru bisa meminta siswa untuk mengamati fenomena alam atau fenomena sosial, seperti mengamati tingkah laku hewan, mengamati benda yang ada di lingkungan kelas dan rumah, mengamati ciri-ciri wajah teman, mengamati kegiatan di masjid, dll. Hosnan menyatakan bahwa lingkungan pembelajaran seharusnya tidak terbatas dalam ruang kelas, melainkan dapat di luar kelas dengan memanfaatkan lingkungan sekitar sebagai sumber pembelajaran. Dengan mengamati lingkungan, siswa akan memperoleh pengalaman langsung. Pengalaman langsung dalam kegiatan mengamati ini merupakan alat yang baik untuk memperoleh kebenaran/fakta. [25]
Selain itu, siswa juga bisa diminta untuk mengamati media. Adapun fungsi media menurut Sadiman adalah sebagai berikut :[26]
1.      Memperjelas penyajian pesan agar tidak terlalu bersifat verbalisme;
2.      Mengatasi keterbatasan ruang, waktu, dan daya indera;
3.      Mengatasi sikap pasif peserta didik.
Siswa dituntut untuk cermat dalam mengamati suatu fenomena atau permasalahan agar mendapatkan informasi yang akurat. Setelah melakukan pengamatan, siswa melakukan pencatatan hasil pengamatan. Catatan ini berisi tentang hal-hal apa yang diamati dan dianggap penting oleh siswa. Catatan pengamatan juga harus dilakukan langsung setelah melakukan pengamatan. Selain itu, catatan pengamatan juga harus memuat keterangan objek pengamatan, tempat, tanggal dan waktu pengamatan.

b. Menanya
Langkah kedua dalam Pendekatan Saintifik adalah menanya. Kegiatan menanya adalah membuat dan mengajukan pertanyaan tentang informasi yang tidak dipahami dari apa yang diamati atau pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati.
Model pembelajaran menanya sebenarnya merupakan pengembangan dari metode tanya jawab. Sudirman mengartikan bahwa “metode tanya jawab adalah cara penyajian pelajaran dalam bentuk pertanyaan yang harus dijawab terutama guru kepada siswa, tetapi dapat pula siswa kepada guru”. Metode tanya jawab juga dijadikan sebagai pendorong dan pembuka jalan bagi siswa untuk 57 mengadakan penelusuran lebih lanjut (dalam rangka belajar) dengan berbagai sumber belajar, seperti buku, majalah, surat kabar, kamus, ensiklopedia, laboratorium, video, masyarakat, alam, dan sebagainya.[27] Berdasarkan pembahasan di atas, dapat disimpulkan bahwa menanya adalah metode pembelajaran yang dilakukan dengan cara mengajukan pertanyaan untuk mendapatkan informasi tambahan tentang apa yang diamati untuk memahami materi pembelajaran.
Peran guru adalah memfasilitasi siswa untuk melakukan proses menanya. Siswa dilatih mengembangkan kemampuan bertanya mulai dari siswa masih menggunakan pertanyaan dari guru, masih memerlukan bantuan guru untuk mengajukan pertanyaan, sampai ke tingkat dimana siswa mampu mengajukan pertanyaan secara mandiri. Hosnan menyatakan bahwa dalam kegiatan menanya guru berusaha membuka kesempatan secara luas kepada peserta didik untuk bertanya mengenai apa yang sudah dilihat, disimak, dibaca atau dilihat.
Kegiatan bertanya ini sangat penting untuk mengembangkan rasa ingin tahu (curiousity) siswa. Fungsi bertanya menurut Rusman adalah menggali informasi, mengecek pemahaman siswa, dan memfokuskan perhatian siswa. Fungsi bertanya lainnya menurut Hosnan adalah mendorong dan menginspirasi peserta didik untuk aktif belajar, serta membangkitkan keterampilan peserta didik dalam berbicara, mengajukan pertanyaan, dan memberikan jawaban 58 secara logis, sistematis, dan menggunakan bahasa yang baik dan benar.
Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, menyebutkan bahwa aktivitas menanya dilakukan melalui kegiatan membuat dan mengajukan pertanyaan, tanya jawab, berdiskusi tentang informasi yang belum dipahami, informasi tambahan yang ingin diketahui, atau sebagai klarifikasi. Semakin siswa terlatih untuk bertanya, maka akan semakin berkembang rasa ingin tahu siswa.
Guru diharapkan mampu menginspirasi siswa untuk meningkatkan mengembangkan ranah sikap, pengetahuan, dan keterampilan. Saat guru bertanya, berarti guru membimbing siswa untuk belajar dengan baik. Saat guru menjawab, berarti guru mendorong siswa untuk menjadi penyimak dan pembelajar yang baik.
Guru juga perlu mengajukan pertanyaan kepada siswa untuk memotivasi siswa untuk mengajukan pertanyaan. Sagala menyatakan bahwa cara memberikan giliran dalam kegiatan tanya jawab adalah sebagai berikut.
1.    Dengan memberikan pertanyaan yang ditujukan kepada seseorang dan gilirannya kepada orang lain;
2.    Dengan pertanyaan yang diberikan kepada kelompok dan gilirannya dengan kelompok lain;
3.    Dengan pertanyaan yang ditujukan kepada siapapun dan diarahkan secara tersebar;
4.    Dengan pertanyaan kepada seluruh kelas dan dijawab secara spontan oleh siapa saja.
Berbeda dengan penugasan yang menginginkan tindakan nyata, pertanyaan dimaksudkan untuk memperoleh tanggapan verbal. Istilah pertanyaan tidak selalu dalam bentuk kalimat tanya, melainkan juga dapat dalam bentuk pernyataan, asalkan keduanya menginginkn tanggapan verbal. Bentuk pertanyaan, misalnya “Apa saja kegiatan yang dilakukan para petani berdasarkan pada gambar?”. Bentuk pernyataan, misalnya “sebutkan kegiatan-kegiatan yang dilakukan para petani berdasarkan pada gambar?”. Guru diharapkan dapat memberikan pertanyaan yang menginspirasi siswa untuk memberikan jawaban yang baik dan benar.

c. Mengumpulkan Informasi/Mencoba
Kegiatan mengumpulkan informasi merupakan tindak lanjut dari kegiatan bertanya. Kegiatan ini dilakukan dengan menggali dan mengumpulkan informasi dari berbagai sumber melalui berbagai cara. Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, menyebutkan bahwa aktivitas mengumpulkan informasi/mencoba dilakukan melalui kegiatan mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi, mendemonstrasikan, meniru bentuk/gerak, melakukan eksperimen, membaca sumber lain 60 selain buku teks, mengumpulkan data dari nara sumber melalui angket, wawancara, dan memodifikasi/ menambahi/mengembangkan.
Sani, menyebutkan bahwa belajar dengan menggunakan pendekatan saiintifik akan melibatkan siswa dalam melakukan aktivitas meyelidiki fenomena dalam upaya menjawab suatu permasalahan. Jadi, kegiatan mengumpulkan informasi adalah kegiatan yang dilakukan untuk mengumpulkan informasi dari berbagai sumber yang dilakukan melalui berbagai cara, antara lain: melalui eksperimen, membaca sumber lain selain buku teks, mengamati objek/kejadian/aktivitas wawancara dengan nara sumber dan sebagainya sebagai upaya untuk menjawab suatu permasalahan. [28]
Kegiatan yang dilakukan dalam mengumpulkan informasi adalah eksperimen. Syaiful Bahri Djamarah mendefinisikan eksperimen/mencoba sebagai cara penyajian pelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari. Sedangkan Hosnan mendefinisikan eksperimen/ mencoba sebagai kegiatan terperinci yang direncanakan untuk menghasilkan data untuk menjawab suatu masalah atau menguji suatu hipotesis. Dari pengertian-pengertian tersebut, dapat disimpulkan bahwa mencoba adalah kegiatan pembelajaran dimana siswa melakukan percobaan dengan mengalami dan membuktikan sendiri sesuatu yang dipelajari untuk mendapatkan data untuk menjawab permasalahan atau menguji hipotesis.
Kompetensi yang dikembangkan adalah mengembangkan sikap teliti, jujur, sopan, menghargai pendapat orang lain, kemampuan berkomunikasi, menerapkan kemampuan mengumpulkan informasi melalui berbagai cara yang dipelajari, mengembangkan kebiasaan belajar dan belajar sepanjang hayat. Peran guru adalah memfasilitasi siswa untuk melakukan proses mengumpulkan informasi/mencoba.
Sumantri, menyebutkan beberapa kelebihan dan kekurangan metode eksperimen. Kelebihan dan kekurangan tersebut adalah sebagi berikut ini :
1)      Kelebihan Metode Ekserimen
a)      Membuat siswa percaya pada kebenaran kesimpulan percobaannya sendiri daripada hanya menerima kata guru;
b)      Siswa aktif terlibat mengumpulkan fakta, informasi, atau data yang diperlukan melalui percobaan yang dilakukan;
c)      Dapat menggunakan dan melaksanakan prosedur metode ilmiah dan berpikir ilmiah;
d)     Memperkaya pengalaman dengan hal-hal yang bersifat objektif,realistik, dan menghilangkan verbalisme;
e)      Hasil belajar menjadi kepemilikan siswa yang bertalian lama.
2)      Kekurangan Metode Ekserimen
a)      Memerlukan peralatan percobaan yang komplit;
b)      Dapat menghambat laju pembelajaran dalam penelitian yang memerlukan waktu lama;
c)      Menimbulkan kesulitan bagi guru dan siswa apabila kurang berpengalaman dalam penelitian;
d)     Kegagalan dan kesalahan dalam bereksperimen akan berakibat pada kesalahan penyimpulan.[29]
Kegiatan mengumpulkan informasi lainnya adalah diskusi. Menurut Sagala, diskusi memiliki manfaat dan kelemahan. Manfaat dari diskusi antara lain: (1) peserta didik memperoleh kesempatan untuk berpikir; (2) peserta didik dapat berlatih mengeluarkan pendapat; (3) diskusi dapat menumbuhkan parsitipasi aktif peserta didik; dan (4) peserta didik belajar bersikap toleran. Sedangkan kelemahan diskusi antara lain: (1) diskusi terlampau menyerap waktu; (2) peserta didik tidak berlatih untuk melakukan diskusi dan menggunakan waktu diskusi dengan baik; dan (3) terkadang guru tidak memahami cara-cara melaksanakan diskusi, sehingga diskusi cenderung menjadi tanya jawab.
Kegiatan mencoba memiliki peran penting dalam melatih siswa untuk memperoleh data dan fakta dari hasil pengamatan dan bukan hanya opini semata. Dengan melakukan percobaan, siswa diharapkan dapat mengembangkan kemampuan sikap, pengetahuan, dan keterampilan yang dimiliki. Selain itu, ilmu pengetahuan yang diperoleh 63 dari kegiatan mencoba diharapkan dapat bertahan lama dalam ingatan siswa.

d. Menalar/Mengasosiasi
Menurut Daryanto, menalar adalah proses berpikir yang logis dan sistematis atas fakta-fakta empiris yang dapat diobservasi/diamati untuk memperoleh simpulan berupa pengetahuan. Aktivitas menalar dalam konteks pembelajaran pada Kurikulum 2013 dengan pendekatan ilmiah banyak merujuk pada teori belajar asosiasi. Istilah asosiasi dalam pembelajaran merujuk pada kemampuan mengelompokkan berbagai ide dan mengasosiasikan beragam peristiwa untuk kemudian memasukkannya menjadi penggalan memori, Berdasarkan pengertian-pengertian di atas, maka peneliti menyimpulkan bahwa kegiatan mengasosiasi/ mengolah informasi/ menalar dalam kegiatan pembelajaran adalah kegiatan mengolah informasi yang sudah dikumpulkan untuk memperoleh simpulan.
Kegiatan mengasosiasi/ menalar dilakukan untuk menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya, menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut. Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, menyebutkan bahwa aktivitas menalar/mengasosiasikan dilakukan melalui kegiatan mengolah informasi yang sudah dikumpulkan, menganalisis data dalam bentuk membuat kategori, mengasosiasi atau menghubungkan fenomena/informasi yang terkait dalam rangka menemukan suatu pola, dan menyimpulkan.[30] Kompetensi yang diharapkan dari kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, disiplin, taat aturan, kerja keras, kemampuan menerapkan prosedur dan kemampuan berpikir induktif serta deduktif dalam menyimpulkan.
Penalaran induktif merupakan cara menalar dengan menarik kesimpulan dari fenomena atau atribut-atribut khusus untuk hal-hal yang bersifat umum. Jadi, menalar secara induktif adalah proses penarikan simpulan dari kasus-kasus yang bersifat nyata secara khusus menjadi simpulan yang bersifat umum.
Penalaran deduktif merupakan cara menalar dengan menarik kesimpulan dari pernyataan-pernyataan atau fenomena yang bersifat umum menuju pada hal yang bersifat khusus. Jadi, menalar secara deduktif adalah menerapkan hal-hal yang umum terlebih dahulu, kemudian dihubungkan ke dalam bagian-bagian yang khusus.
Kegiatan menyimpulkan dalam pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik merupakan kelanjutan dari kegiatan mengolah data atau informasi. Setelah menemukan keterkaitan satu informasi dengan informasi lainnya dan menemukan pola dari keterkaitan informasi tersebut, selanjutnya siswa secara bersama-sama dalam satu kelompok atau secara individual membuat kesimpulan.
e. Mengkomunikasikan
Pendekatan Saintifik pada Kurikulum 2013 memberikan kesempatan kepada siswa untuk mengkomunikasikan apa yang sudah dipelajari. Siswa diharapkan dapat mengkomunikasikan hasil pekerjaan yang sudah disusun baik secara bersama-sama dalam kelompok maupun secara individu dari hasil kesimpulan yang telah dibuat.
Kegiatan mengkomunikasikan dalam kegiatan pembelajaran menurut adalah menyampaikan hasil pengamatan, kesimpulan berdasarkan hasil analisis secara lisan, tertulis, atau media lainnya. Lampiran Permendikbud 103 Tahun 2014 tentang Pembelajaran pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah, menyebutkan bahwa aktivitas mengkomunikasikan dilakukan melalui kegiatan menyajikan laporan dalam bentuk bagan, diagram, atau grafik; menyusun laporan tertulis; dan menyajikan laporan meliputi proses, hasil, dan kesimpulan secara lisan. Kompetensi yang diharapkan dari kegiatan ini adalah mengembangkan sikap jujur, teliti, toleransi, kemampuan berpikir sistematis, mengungkapkan pendapat dengan singkat dan jelas, dan mengembangkan kemampuan berbahasa yang baik dan benar.
Siswa diharapkan dapat menyampaikan hasil temuannya dengan lancar dan baik di depan teman-teman satu kelas. Hal ini bertujuan untuk melatih dan mengembangkan rasa percaya diri siswa. Sedangkan, siswa yang lain dapat memberikan komentar atau masukan mengenai apa yang disampaikan oleh temannya. Peran guru adalah memfasilitasi siswa untuk melakukan proses mengkomunikasikan.
Tabel 3. Tabel Deskripsi Kegiatan dan Peran Guru dalam Kegiatan Pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik
Langkah Pembelajaran
Deskripsi Kegiatan
Peran Guru
Mengamati
Mengamati dengan indra (membaca,
mendengar, menyimak, melihat,
menonton, dan sebagainya) dengan atau
tanpa alat.
Memfasilitasi siswa
untuk melakukan
proses mengamati.
Menanya
Membuat dan mengajukan pertanyaan,
tanya jawab, berdiskusi
tentang informasi yang belum dipahami,
informasi tambahan yang ingin
diketahui, atau sebagai klarifikasi.
Memfasilitasi siswa
untuk melakukan
proses menanya
Mengumpulkan
informasi/mencoba
Mengeksplorasi, mencoba, berdiskusi,
mendemonstrasikan, meniru
bentuk/gerak, melakukan eksperimen,
membaca sumber lain selain buku teks,
mengumpulkan data dari nara sumber
melalui angket, wawancara, dan
memodifikasi/ menambahi/mengembangkan.
Memfasilitasi siswa
untuk melakukan
proses
mengumpulkan
informasi/mencoba.
Menalar/mengasosiasi
Mengolah informasi yang sudah
dikumpulkan, menganalisis data dalam
bentuk membuat kategori, mengasosiasi
atau menghubungkan
fenomena/informasi yang terkait dalam
rangka menemukan suatu pola, dan
menyimpulkan.
Memfasilitasi siswa
untuk melakukan
proses menalar/
mengasosiasikan
Mengkomunikasikan
Menyajikan laporan dalam bentuk bagan,
diagram, atau grafik, menyusun laporan
tertulis, dan menyajikan laporan meliputi
proses, hasil, dan kesimpulan secara
lisan.
Memfasilitasi siswa
untuk melakukan
proses
mengkomunikasikan.

C.    Model Evaluasi CIPP
Penelitian Evaluasi dilaksanakan dengan berbagai tujuan. Dikarenakan adanya berbagai macam tujuan tersebut maka model penelitian evaluasi programpun bervariasi.[31]Kesesuaian antara tujuan evaluasi dengan model evaluasi menjadi sebuah aturan utama yang harus dipenuhi oleh seorang evaluator.
Berikut ini disajikan penjelasan ringkas mengenai model-model yang diterapkan dalam melaksanakan sebuah evaluasi. Disebutkan oleh Suharsimi Arikunto, ada beberapa model evaluasi yang banyak dipakai sebagai stategi atau pedoman kerja dalam pelaksanaan evaluasi program, yaitu :[32]
a.       Evaluasi Model Kirkpatrick
Model evaluasi ini menjadi salah satu rujukan dan standar bagi berbagai perusahaan besar dalam program training bagi pengembangan sumber daya manusia. Model evaluasi yang dikembangkan olehKirkpatrick dikenal dengan Evaluating Training Programs : The Four Levels atau Kirkpatrick’s Evaluation Model. Evaluasi terhadap program training mencakup empat level evaluasi, yaitu : reaction (reaksi), learning (belajar), behavior (perilaku) dan result (hasil).
b.      Evaluasi dan Model CIPP
Model evaluasi CIPP digerakkan oleh para evaluator yang pertama kali ditawarkan oleh Stufflebeam pada tahun 1965 untuk mengevaluasi ESEA (The Elementary and Secondary Education Act). Konsep tersebut ditawarkan oleh Stufflebeam dengan pandangan bahwa tujuan penting evaluasi adalah bukan membuktikan tetapi memperbaiki.Model evaluasi ini merupakan model yang paling banyak dikenal dan diterapkan oleh para evaluator. Evaluasi model CIPP dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, manajemen, perusahaan dan sebagainya serta dalam berbagai jenjang baik itu proyek, program maupun institusi. Dalam bidang pendidikan Stufflebeam menggolongkan sistem pendidikan atas empat dimensi yaitu konteks, input, proses dan produk sehingga model evaluasinya diberi nama CIPP model yang merupakan singkatan keempat dimensi tersebut. Keempat kata yang disebutkan dalam singkatan CIPP tersebut merupakan sasaran evaluasi, yang tidak lain adalah komponen dari proses sebuah program kegiatan.
c.       Evaluasi Model Whell (Roda) dari Beebe
Model evaluasi ini dipakai untuk mengevaluasi sebuah pelatihan yang dilakukan dalam suatu program dengan menggunakan model roda. Model evaluasi ini berbentuk roda karena menggambarkan usaha evaluasi yang berkaitan dan berkelanjutan dari satu proses ke proses selanjtnya. Model ini digunakan untuk mengetahui apakah pelatihan yang dilakukan suatu instansi telah berhasil, untuk itu diperlukan alat untuk mengevaluasi.
d.      Evaluasi Model Provus (Discrepancy Model)
Model yang dikembangkan oleh Malcolm Provus ini merupakan model evaluasi yang berangakat dari asumsi bahwa untuk mengetahui kelayakan suatu program, avaluator dapat membandingkan antara apa yang seharusnya dan diharapkan terjadi dengan apa yang sebenarnya terjadi sehingga dapat diketahui ada tidaknya kesenjangan (Discrepancy) antara keduanya yaitu standar yang ditetapkan dengan kinerja yang sesungguhnya. Model Provus yang bertujuan untuk menganalisis suatu program sehingga dapat ditentukan apakah suatu program layak diteruskan, ditingkatkan atau sebaliknya dihentikan karena mementingkan terdefinisikannya Standar, Performance dan Discrepancysecara rinci dan terukur.
e.       Evaluasi Model Stake
Model evaluasi yang dikembangkan ini menekankan dua dasar kegiatan didalam evaluasi, yaitu description dan judgement. Dari dua dasar kegiatan tersebut maka dapat membedakan adanya tiga tahap dalam program pendidikan, yaitu antecedent ( context), transaction ( Process) dan Outcomes. Stake mengatakan bahwa apabila kita menilai suatu program pendidikan, kita melakukan perbandingan yang relatif antara satu dengan program lain atau perbandingan yang absolut yaitu membandingkan suatu program dengan standar tertentu.
f.       Evaluasi model Brinkerhoff
Model evaluasi yang dikembangkan oleh brinkerhoff ini mengemukakan tiga jenis golongan evaluasi yang disusun berdasarkan penggabunganelemen-elemen yang sama dengan evaluator-evaluator lain, yaitu memakai desain evaluasi yang tetap (fixed)yang ditentukan dan direncanakan secara sistematik sebelum implementasi dilaksanakan, evaluasi formatif dan summatif yang digunakan untuk memperoleh informasi yang dapat membantu memperbaiki program dan metodologi penelitian klasik.
Dalam penelitian ini, model eavlausi yang dipakai adalah Model Context, Input, Process, Product (CIPP) dari Stufflebeam yang dianggap sesuai dengan karakteristik pengembangan pembelajaran dengan menggunakan pendekatan Saintifik yang berlaku di TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon.
Model CIPP dari Stufflebeam & Shinkfield, yakni suatu model evaluasi yang bertujuan untuk membantu dalam perbaikan kurikulum, tetapi juga untuk mengambil keputusan apakah program itu dihentikan saja.[33] Model ini mengutamakan evaluasi formatif yang kontinu sebagai cara untuk meningkatkan hasil belajar. Namun fokus penilaian bukan hanya sebatas hasil belajar tetapi juga keseluruhan kurikulum serta lingkungannya. Model Evaluasi formatif dan sumatif dari suatu proyek, program, personal, lembaga dan sebuah sistem. “The CIPP Model is a comprehensive framework for guiding formative and summative evaluations of projects, programs, personnel, products, isntitutions, and system”.[34]Maka jika dijelaskan secara terperinci, model CIPP (Context, Input, Process, Product) yaitu evaluasi terhadap Context, Input, Process, Product.
Model CIPP dikatakan berorientasi pada suatu keputusan (a decision oriented evalution approach stuctured) tujuannya adalah untuk membantu administrator (Kepala Sekolah dan Guru) didalam membuat keputusan.Evaluasi model CIPP dapat diterapkan dalam berbagai bidang, seperti pendidikan, manajemen, perusahaan dan sebagainya serta dalam berbagai jenjang baik itu proyek maupun institusi. Dalam bidang pendidikan Stufflebeam menggolongkan system pendidikan atas 4 dimensi :[35]
Model evaluasi yang digunakan yaitu menggunakan model CIPP. Model CIPP terdiri dari Contect, Input, Process dan Product. Berdasarkan program belajar efektif dan efisien yang ada maka bagian-bagian dari ke 4 huruf tersebut yaitu:
1.      Evaluasi Kontek (Context)
Evaluasi kontek adalah usaha untuk mengidentifikasi dan menilai kebutuhan-kebutuhan yang mendasari disusunnya suatu program. Tujuan utama evaluasi kontek adalah mengkaji staus objek secara menyeluruh, mengidentifikasi kekurangan, mengidentifikasi kekuatan yang ada dan dapat digunakan untuk menutupi kekuarangan, mendiagnosa masalah sehingga dapat ditemukan solusinya, secara umum memberikan gambaran tentang karakteristik lingkungan penyelenggara program. Maka dengan melakukan evaluasi konteks dapat tersaji data mengenai alasan untuk mendapatkan tujuan program dan prioritas tujuan, seperti kondisi lingkungan, kekuatan, dan kelemahan sumber daya yang ada, kebutuhan yang sudah dan belum terpenuhi, dan peluang yang belum dimanfaatkan. Konteks (context), merupakan situasi atau latar belakang yang mempengaruhi tujuan dan strategi yang dikembangkan, misalnya: kebijakan departemen atau unit kerja yang bersangkutan, sasaran yang ingin dicapai oleh unit kerja, dan masalah ketenagaan yang dihadapi unit kerja;
Evaluasi konteks juga menggambarkan hal-hal yang belum dipertimbangkan dalam perencanaan program. Dalam kegiatan evaluasi konteks yang harus dilakukan oleh evaluator adalah mengumpulkan dan mengakses kebutuhan informasi dari sumebr-sumber seperti wawancara memimpin program untuk menelaah dan mendiskusikan perspektif mereka tentang program yang mereka rancang, baik dari landasan berfikir, tujuan program hingga kepada target lulusan atau keberhasilan dari program tersebut. Evaluasi konteks dalam penelitian ini meliputi landasan pemikiran dan tujuan penyelenggaraan pembelajaran dengan pendekatan saintifik di TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon.
2.      Evaluasi Masukan (Input)
Evaluasi masukan program menyediakan data untuk menentukan bagaimana penggunaan sumber yang dapat digunakan untuk mencapai tujuan program, hal ini berkaitan dengan relevansi, kepraktisan, pembiayaan, efektifitas yang dikehendaki dan alternatif yang dianggap unggul. Masukan (input), mencakup bahan, peralatan, dan fasilitas yang disiapkan untuk keperluan program, misalnya: dokumen kurikulum dan bahan ajar yang dikembangkan, staf pengajar yang bertugas, sarana/prasarana yang tersedia, dan media pendidikan yang digunakan;
Berdasarkan pembahasan diatas maka evaluasi masukan dalam penelitian ini adalah identifikasi terhadap sumber daya yang ada dan alternatif strategi yang digunakan untuk mencapai tujuan program. Evaluasi masukan tersebut mencakup kondisi peserta didik, kompetensi tenaga pendidik, sarana prasarana penunjang kegiatan pembelajaran, perencanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik di TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon.
3.      Evaluasi Proses (Process)
Evaluasi proses merupakan evaluasi yang dilakukan untuk melihat apakah pelaksanaan program sesuai dengan rencana. Evaluasi Proses (process), merupakan pelaksanaan nyata dari program pendidikan di kelas atau lapangan yang meliputi: pelaksanaan proses pembelajaran, pelaksanaan evaluasi, dan pengelolaan program;
Evaluasi proses dapat dilakukan dengan cara memonitor kegiatan, melakukan interaksi terhadap sumber daya yang ada, dan mengobservasi kegiatan. Berdasarkan uraian diatas, maka evaluasi proses dalam penelitian ini berkaitan dengan keterlaksanaan proses kegiatan belajar, seperti aktifitas guru, aktifitas murid dalam belajar dan memonitoring kepala sekolah dalam proses kegiatan menggunakan pendekatan saintifik diTK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon.
4.       Evaluasi Hasil (Product)
Tujuan evaluasi produk adalah mengukur, menginterpretasikan dan menilai pencapaian program. Hasil (product), yaitu keseluruhan hasil yang dicapai oleh program. Hasil utama yang diharapkan dari program produktif adalah meningkatnya kompetensi siswa sesuai bidang keahliannya;
Berdasarkan uraian diatas maka evaluasi produk dalam penelitian ini adalah hasil belajar peserta didik seperti laporan perkembangan anak dan tanggapan orangtua murid terkait dengan product hasil belajar dari implementasi pendekatan saintifik di TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon. Keempat komponen dalam evaluasi program dengan model CIPP dapat digunakan untuk membantu pengambilan keputusan tentang program pendidikan yang sedang berlangsung, dalam hal ini program yang dirancang dalam suatu kurikulum. Evaluasi program dengan model CIPP juga dapat membantu dalam menganalisa kualitas keputusan yang telah diambil dan telah dilaksanakan. Evaluasi yang terstruktur dan menyeluruh diperlukan dan dibutuhkan ketika keputusan melibatkan berbagai perubahan dan para pengambin keputusan memiliki pengalaman yang kurang memadai dan kekurangan data dalam evaluasi program.

D.    Hasil Penelitian yang relevan
Penelitian relevan yang mendiskripsikan pendekatan saintifik atau peningkatan hasil belajar dengan menggunakan pendekatan saintifik di program pendidikan anak usia dini belum ditemukannya referensi atau hasil laporan evaluasi yang telah mencoba untuk melihat efektifitas program tersebut.

E.     Kriteria Evaluasi
Untuk memudahkan mengevaluasi program, maka perlu mengembangkan aspek-aspek dan kriteria evaluasi. Pendekatan yang digunakan dalam penelitian ini adalah pendekatan fidelity dan pendekatan proses. Pendekatan fidelity yaitu kriteria evaluasi dikembangkan sebelum peneliti turun kelapangan untuk mengumpulkan data.
Adapun kriteria evaluasi dalam pendekatan saintifik terdapat pada tabel berikut ini:
Tabel Kriteria Keberhasilan Program Pendekatan Saintifik
No
Komponen
Aspek Yang
Dievaluasi
Kriteria Evaluasi atau Standar Keberhasilan

Konteks


1
Landasan penyelenggaraan
Landasan penyelenggaraan pendidikan di TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon
Adanya landasan konseptual, praktik dan yuridis yang menjadi landasan dasar dalam penyelenggaraan pendidikan di TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon
2
Tujuan
Tujuan Penyelenggaraan
Adanaya tujuan penyelenggaraan pembelajaran yang lebih terperinci menjadi suatu tujuan khusus yang akan dicapai
3
Metode pendidikan
Metode atau pendekatan pembelajaran
Adanya dokumen yang menuliskan tentang metode pendidikan yang dipilih TK Islam Al-Kahfi adalah pendekatan saintifik

Masukan


4
Peserta didik
Proses rekruitmen peserta didik
-       Latarbelakang peserta didik dan alasan masuk TK Islam Al-Kahfi
-       Persyaratan administrasi lengkap
Kondisi peserta didik
-       Peserta didik diklasifikasikan sesuai dengan kelompok usia
-       Jumlah densitas disesuaikan dengan jumlah peserta didik
5
Tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
Jumlah guru
Rasio perbandingan guru dengan peserta didik ditiap kelompok usia maksimal 1:20
Kualifikasi pendidikan untuk kepala sekolah, guru krlas dan guru pendamping
-          Memiliki kualifikasi akademik D4/S1 atau tersertifikasi serta memiliki kompetensi dasar sebagai guru
-          Jurusan PG PAUD/TK
-          Menguasai pembelajaran PAUD berdasarkan pendekatan saintifik dengan baik
-          Masa kerja mengajar dengan pendekatan saintifik kurang lebih satu tahun
6
Sarana dan prasarana
Sarana dan prasarana penunjang kegiatan pembelajaran
-          Sarana dan prasarana secara umum disesuaikan dengan standar PAUD/TK

Proses


7
Perencanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Perencanaan tahunan dan semesteran
Disusun dan dirancang dengan memperimbangkan kalender akademik dan menjadi acuan untuk membuat RKB (silabus) dan RKH (lesson plan) serta di dokumentasikan dengan baik dan benar
Rencana kegiatan mingguan (RKM)
Adanya dokumen RKB (Silabus) yang sesuai dengan tema pada perencanaan tahunan dan alokasi waktu disesuaikan dengan kalender akademik
Rencana kegiatan harian (RKH)
Adanya dokumen RKH (lasson plan) yang sesuai dengan rencana dalam silabus dan sesuai tema
8
Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Aktifitas guru kelas dalam membimbing peserta didik
Guru memakai berbagai metode yang bervariasi ketiak berinteraksi dengan peserta didik
Aktifitas guru dalam pembelajaran tatap muka dengan peserta didik
-          Menjelaskan pijakan sebelum bereksplorasi kepada peserta didik
-          Mengarahkan peserta didik untuk melaksanakan pijakan saat bereksplorasi
Aktifitas peserta didik saat bereksplorasi
Membimbing peserta didik untuk menjalankan pijakan setelah bereksplorasi
Aktifitas peserta didik saat disaat bereksplorasi
Terlaksananya aktifitas beajar mandiri melalui eksplorasi disemua densitas dengan tertib
Supervisi oleh Kepala sekolah
Adanya briefing sebelum pelaksanaan KBM dan Monitoring disaat KBM setiap harinya


Penilaian dengan pendekatan saintifik
Adanya dokumen standar penilaian dan teknik penilaian perekembangan anak

Hasil


9
Hasil belajar
Tingkat pencapaian perkembangan anak
Dicatatnya perkembangan anak dalam laporan perkembangan anak dan raport


























BAB III
METODOLOGI PENELITIAN

A.    Tujuan Penelitian
Penelitian evaluatif ini bertujuan untuk mengetahui sejauh mana efektifitas implementasi pendekatan saintifik dalam rangka masukan atau perbaikan kepada lembaga penyelenggara PAUD/TK yaitu TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon yang melaksanakan pembelajarannya dengan menggunakan pendekatan saintifik dan juga bagi pengelola lembaga PAUD/TK maupun Civitas akademisi yang serius mendalami dunia pendidikan anak usia dini untuk dapat memberikan program PAUD/TK yang bermutu dan berkualitas diwilayahnya dengan pendekatan pembelajaran yang sesuai dengan budaya lokal.

B.     Tempat dan Waktu Penelitian
Tempat yang dilakukanuntuk mengadakan penelitian ini adalah di TK Islam Al Kahfi  yang beralamat di Jl.Pondok Pesantren Nurul Qur’an  RT 002 RW 003 Dusun 03 Desa Kudukeras Kecamatan Babakan kabupaten Cirebon yang keseluruhannya memiliki 3 kelas yaitu kelas A1 = 15 anak, Kelas A2 = 14 anak dan Kelas B = 6 anak. Kelas A1 adalah anak yang berumur antara 3,11 tahun sampai 4,05 tahun. Anak kelas A2 adalah anak yang berusia antara 4,06 tahun sampai 4,11 tahun. Sedangkan anak kelas B adalah anak yang berusia 5,00 tahun sampai 6 tahun.

C.    Pendekatan, Metode dan Desain Penelitian
Dalam melaksanakan penelitian ini menggunakan metode evaluasi dengan pendekatan kualitatif. Dengan metode evaluasi diharapkan peneliti mampu memberi penilaian terhadap pelaksanaan pendekatan saintifik di TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon yangdiselenggarakan sejak tahun 2013 hingga kini dan belum pernah dilakukan penelitian evaluasi program sehingga belum diketahui secara mendalam efektifitas tingakat pelaksanaan pendekatan saintifik tersebut.
Metode evaluasi digunakan untuk mengetahui kualitas hal-hal, program dan sebagainya yang sudah terjadi, biasanya melalui membandingkan dengan suatu standard. Adapun desain model dalam penelitian ini disesuaikan dengan model evaluasi yang telah dibahas sebelumnya yaitu model CIPP. Model ini disusun dengan tujuan untuk melengkapi dasar pembuatan keputusan dalam evaluasi sistem dengan analitis yang berorientasi pada perubahan terencana.
Dalam evaluasi program desain penelitian meruapakan suatu rencana tidakan untuk memperoleh data melalui pertanyaan hingga kesimpulan, serta juga menjadi semacam kerangka berpikir evaluasi untuk mengumpulkan data, melakukan interpretasi dan membuat kesimpulan atau rekomendasi. Desain penelitian disusun untuk memberikan gambaran umum terhadap proses evaluasi, dimulai dari tahap awal hingga pada tahap akhir penelitian. Untuk itu, dalam penelitian ini nantinya akan ditelusuri secara cermat, mulai dari aspek konteks, aspek masukan, aspek prosses, dan aspek produk, yang semuanya ini berkaitan dngen implementasi pendekatan saintifik di TK Islam Al-Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon. Berikut uraian singkat tentang desain penelitian evaluatif ini :
1.      Orientasi
Orientasi dilakukan melalui penjajakan lapangan untuk mempermudah menentukan permasalahan yang diteliti. Pada tahap ini dilakukan pra survey terhadap implementasi pendekatan saintifik dan menentukan obyek konteks, fokus, tujuan, lingkup serta acuan teori.
2.      Fokus ( Pengumpulan data)
Tahap selanjutnya setelah observasi di awal, yaitu menentukan informan dan menyiapkan alat pengumpulan data. Instrumen utama dalam penelitian ini adalah diri peneliti itu sendiri.
3.      Analisis data
Analisis data dilakukan selama pengumpulan data, setelah pengumpulan data maupun pada saat penyajian data. Teknik pengumpulan data akan dijelaskan dibagian selanjutnya. Kemudian dari hasil analisis data dapat ditarik kesimpulan dari masing-masing aspek berdasarkan model CIPP, dan untuk selanjutnya diberikan rekomendasi.
4.      Penarikan kesimpulan dan rekomendasi
Setelah analisis data dilakukan, tahapan selanjutnya ialah penarikan kesimpulan dari aspek konteks, masukan, proses dan produk. Berdasarkan kesimpulan tersebut peneliti dapat memberikan rekomendasi pada lembaga yang diteliti.


D.    Instrumen Penelitian
1.      Kisi-kisi instrumen
Instrumen penelitian adalah pedoman tertulis tentang wawancara atau pengamatan atau daftar pertanyaan yang dipersiapkan untuk mendapatkan informasi dari responden.[36] Instrumen adalah alat pada waktu penelitian menggunakan sesuatu metode.[37] Instrumen dikatakan sebagai alat untuk mengukur kemempuan dari responden. Dalam suatu penelitian, instrumen juga sangat penting dalam membantu mengumpulkan data, maka disebut juga instrumen pengumpulan data. Instrumen penelitian berkaitan dengan kegiatan pengumpulan data dan pengolahan data, sebab instrumen penelitian merupakan alat bantu pengumpulan dan pengolahan data tentang variabel-variabel yang diteliti.[38] Sebagai alat pengumpul data, instrumen berhubungan dengan teknik pengumpulan data yang dipengaruhi oleh jenis metode penelitian. Berikut adalah kisi-kisi instrumen yang dimuat dalam tabel selanjutnya.
Tabel Kisi-Kisi Instrumen
No
Komponen
Indikator
Nomor butir
Jumlah butir
1
Landasan penyelenggaraan
Adanaya landasan konseptual, praktik dan yuridis berupa UU, peraturan pemerintah, permendiknas
Studi dokumentasi
No.1

Wawancara Kepsek
 No 1

2
2
Tujuan
Dokumen tentang tujuan penyelenggaraan pembelajaran disetiap kelas
Study dokumentasi
No 2
Waeancara Kepsek
No 2
2
3
Metode pemdidikan
Dokumen tentang metode pendidikan
Study dokumentasi
No 3
Waeancara Kepsek
No 3
2

Masukan




4
Peserta didik
Latar belakang peserta didik
-          Proses rekruitmen peserta didik
Angket orangtua
No 1-12
Wawancara Kepsek
No 5-7
Wawancara Pendidik
No 1, 2
17
5
Tenaga pendidik dan tenaga kependidikan
Jumlah pendidik sesuai dengan rasio
Wawancara Kepsek
No 8,9
Observasi
No 2
3


Tersedianya dokuemn persyaratan pendidik dan tenaga kependidikan serta masa kerja mengajak dengan pendekatan saintifik
Studi dokumentasi
No 5-6
Wawncara kepsek No 10
3
6
Sarana dan prasarana
Ketersediaan sarana dan prasarana secara umum
Observasi sarana No 1-10
Observasi prasarana
No1-24
37


Adanya inventaris barang disetiap kelas
Studi dokumentasi No 7


Proses




7
Perencanaan pembelajaran
Tersedia dokuemn perencanaan tahunan, semesteran, RKM, dan RKH
Studi dokuemtasi No 8-11
Wawancara Kepsek No 13-21
Waeancara pendidik
No 4-9
Angket pendidik No 6-14
28
8
Pelaksanaan pembelajaran dengan pendekatan saintifik
Aktifitas guru kelas, melaksanakan pijakan lingkungan
Observasi No 1-2
5


Guru menggunakan ragam metode variasi disetiap kegiatan
Wawqncara pendidik No 11,13
Angket pendidik No 16
Observasi No 3-7
15


Kemandirian anak saat bereksplorasi
Observasi No 9-12
Angket pendidik No 21
5


Proses penilaian demgan pendekatan saintifik
Studi dokumentasi No 12
7


Supervsi Kepala sekolah
Observasi No 13
Wawancara Kepsek No 24-25
3


Hasil




9
Hasil belajar
Adanya dokumen hasil pencapaian berupa raport
Studi dokumentasi No 13
15

Jumlah butir instrumen
155



2.      Validasi Instrumen
Validitas adalah suatu ukuran yang menunjuakan tingkat-tingkat kevalidan atau kesahihan suatu instrumen.[39] Dalam penelitian kualitatif validasi merupakan upaya pemeriksaan terhadap akurasi hasil penelitian dengan menerapkan prosedur-prosedur tertentu. Validasi instrumen didefinisikan “Sejauh mana instrumen itu merekam atau mengukur apa yang dimaksudkan untuk direkam atau diukur”. Validasi instrumen yang valid berarti alat ukur yang digunakan untuk mendapatkan data (mengukur) itu valid. Valid berarti instrumen tersebut dapat digunakan untuk mengukur apa yang hendak diukur. Validasi tidak berlaku universal, tergantung pada situasi dan tujuan penelitian. Instrumen yang telah valid untuk suatu tujuan tidak otomatis akan valid untuk tujuan yang lain. Beberapa pengertian diatas mempunyai kesamaan yakni instrumen yang dipakai dalam penelitian haruslah dapat mengumpulkan informasi yang benar.
Berdasarkan penjelasan diatas, dalam penelitian ini sebelum instrumen digunakan terlebih dahulu harus dilakukan validasi oleh para ahli atau pakar, dengan memberi masukan dan saran-saran untuk penyusunan (kontruksi) instrumen. Para ahli yang dimaksudkan adalah pembimbing dan atau penguji.

E.     Teknik dan Prosedur Pengumpulan Data
Teknik pengumpulan data yang dilakukan oleh peneliti dalam penelitian ini adalah sebagai berikut ini.

1. Observasi
Dalam penelitian ini, peneliti menggunakan teknik pengumpulan data observasi partisipasi pasif dimana peneliti datang ke tempat kegiatan,namun tidak ikut terlibat di dalamnya. Kegiatan observasi ini bertujuan untuk mengumpulkan data-data mengenai kegiatan perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian pembelajaran, dan hambatan-hambatan yang ditemui guru serta upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ditemui selama proses pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik di TK Islam Al Kahfi. Observasi yang dilakukan pada saat proses perencanaan pembelajaran yaitu proses pembuatan RPP.Observasi yang dilakukan pada saat proses pembelajaran berlangsung meliputi kegiatan pendahuluan atau kegiatan pendahuluan sampai kegiatan penutup. Peneliti juga melakukan observasi terhadap teknik penilaian yang digunakan oleh guru, serta kemungkinan hambatan-hambatan dan upaya yang dilakukan oleh guru untuk mengatasi hambatan-hambatan yang ditemui saat proses pembelajaran berlangsung.
2.      Wawancara
Wawancara dalam penelitian ini dilakukan kepada Guru TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon. Hal ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai bagaimana implementasi Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013 yang meliputi perencanaan pembelajaran, pelaksanaan pembelajaran, penilaian pembelajaran. Selain itu, wawancara juga dilakukan untuk mengetahui hambatan-hambatan yang ditemui guru kelas dalam implementasi Pendekatan Saintifik dalam Kurikulum 2013 serta upaya-upaya yang dilakukan oleh guru dalam menghadapi hambatan-hambatan tersebut sesuai hasil observasi dan pendapat dari guru TK Islam Al KahfiBabakan Kabupaten Cirebon.
3.      Angket
Angket dalam penelitian ini diberikan kepada siswa TK Islam Al Kahfi . Hal ini dilakukan untuk mengetahui bagaimana respon siswa terhadap proses pelaksanaan pembelajaran menggunakan Pendekatan Saintifik. Dalam angket ini peneliti menggunakan skala Guttman sebagai skala pengukuran. Jawaban setiap item yang menggunakan skala Guttman mempunyai dua interval yaitu “ya” atau”tidak”. Respondennya adalah seluruh siswa TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon.
4.      Studi dokumentasi
Studi dokumentasi digunakan untuk melengkapi penggunaan metode observasi, wawancara dan angket dalam penelitian kualitatif. Studi dokumentasi dalam penelitian ini dilakukan untuk memperoleh data mengenai perencanaan, proses pelaksanaan pembelajaran, dan penilaian pembelajaran. Studi dokumentasi yang dilakukan mengenai perencanaan pembelajaran bertujuan untuk memperoleh dokumen yang akan dijadikan data berupa RPP yang dibuat oleh guru TK Islam Al KahfiBabakan Kabupaten Cirebon. Studi dokumentasi mengenai pelaksanaan pembelajaran bertujuan untuk memperoleh dokumen berupa gambar-gambar saat berlangsungnya proses pelaksanaan pembelajaran. Sedangkan dokumentasi terkait penilaian pembelajaran bertujuan untuk mengumpulkan data yang berhubungan dengan penilaian pembelajaran siswa TK Islam Al Kahfi Babakan Kabupaten Cirebon.

F.     Teknik Analisis Data
Penelitian evaluasi ini menggunakan teknik analisa kualitatif dan anlisa deskriptif. Teknik analisis data adalah proses mencari dan menyusun secara sistematis data yang diperoleh dari hasil wawancara, catatan lapangan, dan bahan-bahan lain, sehingga dapat mudah dipahami dan temuannya dpat diinformasikan kepada orang lain. Dalam penelitian ini teknik pengumpulan data dilakukan dengan mixmethod yaitu dalam melakukan suatu evaluasi, tim evaluator menggunakan metode penelitian campuran-kombinasi metode kuantitatif dan metode kualitatif secara bersamaan dalam satu proses evaluasi.[40] Untuk data kuantitatif akan menggunakan analisa deskriktif dalam bentuk angka yang dituangkan dalam tabel frekuensi dan diagram batang, sedangkan data kualitatif adalah data dalam bentuk deskriktif (kata-kata), foto, video, rekaman, arsip, gambar dan lukisan. Dengan teknik analisis data dan uji keabsahan data yang dilakukan dengan menggunakan beragam cara pada sumebr data yang tersedia, maka diharapkan kebenaran data didapatkan menjadi benar-benar valid dan reliabel.



DAFTAR PUSTAKA

Bailer, Jill. (2006). Teaching Science Process Skills-Middle School. Michigan: Milestone.
Burden, Paul R. & Byrd, David M. (2013). Methods for Effective Teaching:Meeting the Needs of all Students, Sixth Edition. USA: Pearson.
Daryanto. (2014). Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. Yogyakarta: Gava Media.
Fadlillah, M. (2014). Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,SMP/MTs, & SMA/MA. Yogyakarta: Ar-Ruzz Media
Hamalik, Oemar. (2010). Kurikulum dan Pembelajaran. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
James C Mc David dan Laura R.L Hawtron, Program Evalution & Performance Measurement (An Introducion to Practice), (USA : Sage Publications, 2006).
Hamrin, Merril & Melanie Toth. (2012). Pembelajaran Aktif yang Menginspirasi:Buku Pegangan Lengkap untuk Masa Kini. (Alih Bahasa: Bethari Anissa Ismayasari). Jakarta: PT. Indeks.
Hosnan, M. (2014). Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam PembelajaranAbad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. Jakarta: Ghalia Indonesia.
Ismawati, Esti. (2012). Telaah Kurikulum dan Pengembangan Bahan Ajar. Yogyakarta: Ombak.
Izzati, Rita Eka dkk. (2008). Perkembangan Peserta Didik. Yogyakarta: UNY Press.
Kemdikbud. (2014). Permendikbud No. 103 tahun 2014 tentang PembelajaranPada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah. Jakarta:Kemdikbud.
Kemdikbud. (2014). Permendikbud No. 104tahun 2014 tentang Penilaian HasilBelajar Oleh Pendidik pada Pendidikan Dasar dan Pendidikan Menengah.Jakarta:
Kemdikbud. Kurniasih, Imas & Sani Berlin. (2014). Implementasi Kurikulum 2013: Konsep &Penerapan. Surabaya: Kata Pena.
Martin, David Jerner. (2006). Elementary Science Methods: A ConstructivistApproach, Fourth Edition. USA: Thomson Wadsworth.
Muslich, Masnur. (2009). KTSP Pembelajaran Berbasis Kompetensi danKontekstual. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Nasution, S. (2009). Asas-Asas Kurikulum. Jakarta: PT. Bumi Aksara.
Riyanto, Yatim. (2010). Paradigma Baru Pembelajaran sebagai Referensi bagiGuru/ Pendidik dalam Implementasi Pembelajaran yang Efektif danBerkualitas. Jakarta: Kencana.
Rusman. (2011). Model-model Pembelajaran: Mengembangkan ProfesionalismeGuru. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sadiman, S. (2006). Media Pendidikan: Pengertian, Pengembangan, danPemanfaatannya. Jakarta: PT. Raja Grafindo Persada.
Sagala, Syaiful. (2013). Konsep dan Makna Pembelajaran. Bandung: Alvabeta.
Sani, Abdullah Ridwan. (2014). Pembelajaran Saintifik untuk ImplementasiKurikulum 2013. Jakarta: PT. Bumi Aksara
Santrock, John W. (2002). Life-Span Development: Perkembangan Masa Hidup,Edisi 5, Jilid I. (Alih Bahasa: Juda Damanik dan Achmad Chusairi). Jakarta: Erlangga.
Sudjana, Nana. (2009). Penilaian Hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Tim Penyusun Kamus Pusat Bahasa. (2001 ). Kamus Besar Bahasa Indonesia. Jakarta: Balai Pustaka.
Warsono dan Hariyanto. (2013). Pembelajaran Aktif. Bandung: PT Remaja Rosdakarya.
Winataputra, Udin S., dkk. (2008). Teori Belajar dan Pembelajaran. Jakarta: Universitas Terbuka.
Yulaelawati, Ella. (2004). Kurikulum dan Pembelajaran. Bandung: Pakar Ray




[1]Panduan Penyusunan Kurikulum Tingkat Satuan Pendidikan (Jakarta : BSNP, 2006), h.3.
[2]Umar Tirtaraharja, Pengantar Pendidikan (Jakarta : Raineka Cipta, 2005), h. 269.
[3]Jamal Ma’mur Asmani, Manajemen Strategis Pendidikan Anak Usia Dini (Jogjakarta : DIVA Press, 2009), h. 145.
[4]Elaine B. Johnson, Contextual Teaching & Learning (Bandung : Mizan Learning Centre, 2007), h. 19.
[5]Jamal Ma’mur Asmani, loc. Cit., h. 146.
[6] Suharsimi Arikunto dan Cepi Safruddin Abdul Jabar. Evaluasi Program Pendidikan, Jakarta:Bumi Aksara, 2014, Hal 1
[7]James C Mc David dan Laura R.L Hawtron, Program Evalution & Performance Measurement (An Introducion to Practice), (USA : Sage Publications, 2006). h.3
[8]John M Owen, Program Evaluation (Form and Approaches) Third Edition, (Australia : Allen & Unwin, 1993), h.9
[9]Carol H Weiss, Evaluation Research (Methods For Assesssing Program Effectiveness, (New Jersey : Prentice-Hall, 1972), h.1
[10]Farida Tayibnapis, Evaluasi Program dan Instrumen Evaluasi untuk Program Pendidikan dan Penelitian (Jakarta : Rineka Cipta, 2008). h.3
[11] Suharsimi  Arikunto, Dasar-dasar Evaluais Pendidikan(Jakarta, Bumi Aksara, 2009), h.290-291
[12] Sigit Pramono, Panduan Evaluasi Kegiatan Belajar-mengajar(Jogjakarta. DIVA Press, 2014), h.14
[13] H. Daryanto, Evaluasi Pendidikan (Jakarta, PT. Asdi Mahasatya, 2012), h.2-4
[14]Endang Mulyatiningsih, Metode Penelitian Terapan Bidang Pendidikan, (Bandung : Alfabeta, 2013), h.109
[15]Jody L Fitzpatrick, James R Sanders, and Blane R Worthen, Program Evaluation (Alternative Approaches and Practical Guidelines), (USA : Pearson Education, 2004), h.28
[16]Martin, David Jerner, Elementary Science Methods: A ConstructivistApproach, Fourth Edition.(USA : Thomson Wadsworth, 2006). h.67
[17]Fadlillah, M, Implementasi Kurikulum 2013 Dalam Pembelajaran SD/MI,SMP/MTs, & SMA/MA,(Yogyakarta : Ar-Ruzz Media 2014). h.176

[18]Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013, (Yogyakarta: Gava Media 2014).h.51
[19]Sagala, Konsep dan Makna Pembelajaran. (Bandung: Alvabeta 2013).h.69

[20]Sani, Abdullah Ridwan, Pembelajaran Saintifik untuk ImplementasiKurikulum 2013. (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2014). h.54
[21]Hosnan, M., Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam PembelajaranAbad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. (Jakarta: Ghalia Indonesia 2014). h.39
[22]Daryanto, Pendekatan Pembelajaran Saintifik Kurikulum 2013. (Yogyakarta: Gava Media 2014). h.60
[23] Permendikbud No. 103, Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah. (Jakarta:Kemdikbud 2014). h.5
[24]Bailer, Jill., Teaching Science Process Skills-Middle School. (Michigan: Milestone 2006). h.8
[25]Hosnan, M., Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam PembelajaranAbad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. (Jakarta: Ghalia Indonesia 2014). h.4
[26]Sadiman, S., Media Pendidikan : Pengertian, Pengembangan, danPemanfaatannya. (Jakarta : PT. Raja Grafindo Persada 2006). h.17-18.
[27]Hosnan, M., Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. (Jakarta : Ghalia Indonesia 2014). h.50
[28]Sani, Abdullah Ridwan, Pembelajaran Saintifik untuk ImplementasiKurikulum 2013. (Jakarta: PT. Bumi Aksara 2014). h.62
[29]Hosnan, M., Pendekatan Saintifik dan Kontekstual dalam Pembelajaran Abad 21 Kunci Sukses Implementasi Kurikulum 2013. (Jakarta : Ghalia Indonesia 2014). h.63-64

[30] Permendikbud No. 103, Tentang Pembelajaran Pada Pendidikan Dasar Dan Pendidikan Menengah. (Jakarta:Kemdikbud 2014). h.5
[31]Endang Mulyatiningsih, Op Cit, h.112
[32]Suharsimi Arikunto, Evaluasi Program Pendidikan. (Jakarta, PT Bumi Aksara, 2014). h.63
[33]Nasution, Kurikulum & Pengajaran (Jakarta : PT. Bumi Aksara, 2012, h.95.
[34]Marvin C. Alkin, Evaluation Roots Tracing TheoristsViews and Influences (USA : Sage Publication Inc., 2004), h.245
[35] Suharsimi Arikunto, Op Cit.h.64

[36]Myrnawati, metodologi penelitian bagi pemula, (jakarta : gramedia, 2016), h.
[37]Ibid, h.
[38]M. Subana, dasar-dasar penelitian ilmiah( Bandung: pustaka setia, 2006)h.127
[39]Suharsimi Arikunto, Prosedur Penelitian Suatu pendekatan Praktik (Jakarta PT. Rineka Cipta, 2006).h.168
[40]Wirawan, Evaluasi : Teori, Model, Standar, Aplikasi dan Profesi (Jakarta : Rajawali Press, 2012), h.160
 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar